Seiring berjalannya waktu, istilah entrepreneur sebagai profesi yang keren bisa menghidupi diri sendiri dari sesuatu yang dikembangkan akan tergerus oleh istilah baru, social enterprise. Apa itu social enterprise?
Kaum milenial kini banyak yang melek lingkungan. Banyak dari mereka yang tak hanya memikirkan kejayaan diri sendiri, namun juga kesejahteraan sosial di sekitarnya, inilah yang disebut social enterprise.
Baca Juga: Entrepreneur Harus Tahu! 10 Tips Memacu Karyawan Sukses di Tempat Kerja
Melansir dari Investopedia, sosial enterprise atau perusahaan sosial adalah sebuah ide bisnis yang menggabungkan antara konsep dasar berdagang yakni mencari keuntungan dengan kewajiban kita membantu lingkungan sosial. Di mana sebuah perusahaan bakal memaksimalkan pendapatannya sejalan dengan manfaat yang diberikan kepada masyarakat.
Jadi, secara prinsip dasar hasil keuntungan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mendanai program sosial yang direncanakan. Bukan sekadar masuk ke rekening pemiliknya saja.
Dengan begitu, keberadaan dari sebuah usaha atau perusahaan bakal lebih terasa untuk orang lain.
Istilah ini pertama kali berkembang di Inggris pada tahun 1970-an, pakem berbisnis ini memiliki respon balik atas Traditional Commercial Enterprise yang hanya menguntungkan pemilik modal sebuah perusahaan. Posisinya netral, enggak pro terhadap sebuah korporasi dan juga enggak condong terhadap kegiatan sosial semata layaknya organisasi non-profit.
Baca Juga: Pengusaha VS Entrepreneur, Apa Bedanya?
Mereka mencari keseimbangan antara dua hal tersebut untuk membiayai tujuan sosial, seperti menyediakan tempat tinggal keluarga yang berpenghasilan rendah serta mengadakan pelatihan kerja agar lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
Dananya bisa berasal dari berbagai macam jenis produk yang dijual, seperti barang, jasa serta hibah dari pihak lain. Karena semakin digandrungi dan banyak diketahui orang luar negeri maka kepopulerannya semakin meningkat sampai detik ini.
Baca Juga: Karyawan vs Entrepreneur, Kamu Mau Jadi yang Mana?
Meskipun kedengarannya hampir mirip dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan foundation, social enterprise ternyata berbeda lho.
Kita pasti pernah mengenal program CSR yang dilakukan oleh korporasi besar sebagai aksi timbal balik atas izin serta proses usaha yang diberikan kepada sebuah komunitas. Memang keduanya sama-sama berdampak baik pada masyarakat, namun perbedaan terletak pada motifnya.
Di perusahaan biasa, agenda sosial bukanlah motif utama dalam mendirikan usaha, sebaliknya dalam social enterprise, agenda sosiallah yang menyetir guna mendirikan sebuah bisnis.
Contohnya seperti brand kosmetik terkenal dunia mengadakan CSR di bidang girl empowerment pada waktu tertentu lalu tahun berikutnya topik yang diambil berbeda lagi. Lain halnya dengan perusahaan sosial yang hendak melakukan kampanye pemberdayaan perempuan selama usahanya berdiri.
Buat melaksanakan program-program tersebut mereka perlu menjual produk kosmetik terlebih dahulu sebagai modal menjalankan program langsung atau bisa juga di donasikan ke lembaga tertentu terlebih dahulu.
Sedangkan foundation, ia bersifat terpisah dari perusahaan. Misal Mark Zuckerberg sebagai pendiri Facebook mendirikan Chan Zuckerberg Initiative atas nama keluarganya tanpa ada campur tangan dari Facebook.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: