Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali mengapresiasi eksportir di Bengkulu atas pencapaian total nilai ekspor sebesar Rp162,65 miliar atau naik 72,2% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
"Alhamdulillah, ini kita dorong terus, dari sistem pelayanannya maupun jaminan kesehatannya, sesuai persyaratan negara tujuan," jelas Ali Jamil, Kepala Barantan pada acara Apresiasi Pelaku Usaha Agribisnis sekaligus melepas ekspor berbagai komoditas pertanian di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu senilai Rp9,4 miliar, Kamis (27/6/2019).
Salah satu komoditas yang diekspor berupa sarang burung walet tujuan Taiwan senilai US$4.138 Sebelumnya ekspor sarang walet dari Bengkulu dilakukan melalui tempat lain seperti Jakarta atau Semarang.
Baca Juga: Manggis dan Sarang Burung Walet Solusi Penurunan Ekspor RI
Saat ini sarang walet asal Bengkulu diekspor ke Taiwan melalui kantor pos atau jasa titipan.
"Ini bisa jadi alternatif sementara, lewat jasa titipan atau bandara internasional terdekat, intinya kita dorong agar bisa langsung lewat Bengkulu, dan pastinya harus disertifikasi Karantina agar sesuai persyaratan negara tujuan," ungkap Jamil.
Selain sarang walet, diekspor pula cangkang sawit tujuan Thailaand senilai Rp7,15 M dan karet lempengan tujuan Amerika Serikat senilai Rp2,17 M. Menurut Jamil, Barantan terus mendorong pertumbuhan ekspor komoditas pertanian daerah setidaknya dengan dua program. Yaitu program inline inspection karantina dan program agro gemilang.
M Ischaq, Kepala Karantina Pertanian Bengkulu menambahkan, bahwa sesuai data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerjanya tercatat tahun 2018 ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Bengkulu sebanyak Rp62,65 miliar, sedangkan hingga Juni 2019, nilai ekspor komoditas pertanian mencapai Rp117,45 miliar.
"Adapun komoditas unggulan diantaranya karet lempengan, kayu karet dan sengon, cangkang sawit, kulit kayu manis dan kopi. Sementara negara mitra dagang yang menjadi tujuan ekspor diantaranya Amerika Serikat, Tiongkok, India, Kanada, Afrika, Thailand, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Swiss dan Jepang," ungkap Ischaq.
Baca Juga: Indonesia akan Beberkan Fakta Objektif Sawit Berkelanjutan pada Norwegia
Menurutnya, sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp25 juta per kg, sedangkan tujuan Tiongkok harganya hingga Rp40 juta per kg. Dari data yang ada pada 2018 ekspor sarang walet Indonesia ke Tiongkok secara keseluruhan nilainya mencapai Rp40,6 triliun.
Dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) (24/6/2019), menyebutkan pertumbuhan ekspor komoditas pertanian yang positif dengan pertumbuhan 25,19% dibandingkan tahun lalu ( year on year) atau senilai US$0,32 miliar. BPS mencatat, kenaikan nilai ekspor pertanian ini menjadi salah satu variabel penting yang menyebabkan kenaikan ekspor nasional Mei 2019 yaitu sebesar US$14,74 miliar, naik 12,42 persen secara bulanan ( month on month). Hal tersebutlah yang mengakibatkan neraca perdagangan nasional surplus sebesar US$207,6 juta.
Baca Juga: Jawab Tantangan Era Industri 4.0, Kementan Jalankan Program Bantuan Alsintan
Dalam kesempatan yang sama, Jamil juga menyerahkan secara simbolis akses aplikasi I-MACE ( Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports) pada Asisten II.
"Lewat aplikasi ini, dapat terlihat perkembangan dan potensi ekspor komoditas pertanian yang ada di daerah secara real time, semoga dapat dijadikan masukan dalam membuat kebijakan pembangunan pertanian didaerah," pungkas Jamil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: