Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nanas Ratu Angkat Kesejahteran Desa Penyengat

Nanas Ratu Angkat Kesejahteran Desa Penyengat Kredit Foto: APRIL/Yunaidi Joepoet
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dulu mayoritas warga Desa Penyengat bergantung pada pertanian hortikultura dan menjadi buruh lepas sebagai sumber penghasilannya. Minimnya pengetahuan yang mereka miliki dalam mengelola hasil tani membuat taraf kehidupan masyarakat Riau tersebut tidak berkembang.  

Namun, kini kondisi tersebut berubah. Semenjak 2014, warga Desa Penyengat dibantu pihak swasta membentuk kelompok Bina Tani yang fokus mengembangkan perkebunan buah nanas.

Dari hanya beranggotakan 10 orang, Bina Tani Kampung Penyengat kini bertambah menjadi 20 anggota. Daerah kelolaannya pun meningkat drastis, dari 10 hektare saat program baru dimulai menjadi 56 hektare. Di luar Bina Tani, hampir seluruh warga di Desa Penyengat kini beralih menjadi petani nanas.

Baca Juga: Nanas Organik 'Madu Galang' Mempawah yang Menjanjikan

Apo, Wakil Ketua Kelompok Bina Tani, menuturkan bahwa alasan warga tergerak untuk ikut membudidayakan nanas karena telah melihat hasil nyata yang dilakukan Bina Tani dalam lima tahun terakhir. Contohnya, berkat bertanam nanas kini ia dapat membantu kebutuhan rumah tangga, membayar sekolah dan kuliah empat anaknya hingga membeli sebuah mobil.

Sebelumnya, Apo bekerja sebagai petani hortikultura, sedangkan suaminya bekerja di bagian bongkar muat di Pelabuhan Futong, Riau. Memang, Apo mengaku cukup kesulitan pada awal membudidayakan nanas. Namun, berkat pendampingan dan bantuan yang intensif dari tim Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), unit usaha APRIL Group, kesejahteraan hidup Apo dan warga sekitar membaik.

:Dulu saya hanya dapat Rp500.000 saja sebulan dari bertanam sayur. Tapi, kini berkat berjualan nanas, saya bisa mengantongi Rp10 jutaan per bulan," ujarnya.

Nanas yang dikembangkan di Kampung Penyengat merupakan jenis nanas ratu, yang budi dayanya tergolong sederhana, namun sangat diminati pasar karena rasanya yang khas. Selain itu, nanas ratu diakui lebih tahan lama jika dibandingkan dengan produksi nanas lain. Tak heran, penjualan nanas ini kini sudah dipasarkan sampai ke Pulau Jawa.

Pengembangan budi daya nanas di Desa Penyengat merupakan salah satu program yang dicanangkan CD PT RAPP yang dinamai One Village One Commodity (OVOC). OVOC merupakan program yang mengajak masyarakat desa untuk memilih hasil tani tertentu yang cocok untuk ditanam di wilayah tinggal sekaligus menjadi ciri khas desa mereka. Kemudian, hasil tani tersebut akan dijual hingga menjadi sumber penghasilan masyarakat desa.

Baca Juga: Sejak 2014, 88,56 Hektare Lahan Telah Direstorasi APRIL

Zamzuli Hidayat, Koordinator Program Sistem Pertanian Terpadu RAPP, mengatakan, melalui program OVOC RAPP juga pihaknya memberikan pelatihan tentang tata cara dan metode pertanian yang modern. Tak hanya itu, pendampingan untuk warga juga terus diberikan di lapangan sampai saat ini.

Selain di Desa Penyengat, Zamzuli mengatakan, saat ini budi daya nanas dilakukan untuk kelompok tani di Desa Mungkal. Dalam tiga bulan terakhir, lanjut Zamzuli, panen nanas di Desa Penyengat mencapai 96.000 buah, sedangkan di Desa Mungkal mencapai 28.000 buah.

Tak hanya itu, tim CD PT RAPP membantu pembinaan pengembangan produk lanjutan dari buah nanas, sehingga hasil pemanfaatannya jauh lebih maksimal.

"Kami saat ini juga sedang melakukan pelatihan produk-produk turunan, misalnya dengan mengembangkan nanas untuk pembuatan selai nanas," tutup Zamzuli.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: