Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melirik Tren PHK, AI, dan Otomasi di Era Transisi

Melirik Tren PHK, AI, dan Otomasi di Era Transisi Pimpinan peneliti teknologi dari Institute of Chartered Accountants in English and Wales (ICAEW), Kirstin Gillon, yang meneliti peran AI, big data, data analytics, keamanan siber, dan tekfin memaparkan pendapatnya terkait tren PHK dengan berkembangnya AI. | Kredit Foto: Bernadinus Adi Pramudita

Keahlian yang diperlukan

Keahlian tertentu tentu dibutuhkan untuk tetap relevan terhadap perkembangan zaman. Munculnya otomasi menjadi titik balik untuk setiap individu memilih baik-baik seperti apa keahlian yang perlu dikembangkan.

"Ada yang berpikir bahwa orang-orang perlu mengembangkan keahlian di bidang teknologi supaya mereka bisa membuat mesin, yang kemudian menciptakan pekerjaan di sektor perkembangan teknologi," ungkapnya. Meski begitu, otomasi masih menjadi ancaman bagi kelangsungan pekerjaan individu. Hampir semua dapat diotomatisasi di era kini.

Baca Juga: Human Billboard: Konsep Baru Iklan Berbasis Teknologi dari Ubiklan

"Dengan berkembangnya otomasi, kami menganjurkan kepada pelajar dan dan anggota kami untuk memiliki keahlian di bidang teknologi. Tapi mungkin pada akhirnya keahlian di bidang teknologi juga akan terotomasi," ujarnya.

Hal senada pernah diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Menurutnya, sesuatu yang bersifat repetitif tidak luput akan proses otomasi maupun AI.

"Sesuatu yang sifatnya repetitif itu bisa digantikan dengan AI dengan mudah. Kalau kita lihat, bank itu sekarang sudah pakai chatbot, ga pakai lagi customer service," katanya pada Selasa (17/9/2019).

Menurut Kirstin, sejumlah keahlian sangat sulit digantikan oleh AI maupun proses otomasi. "Kami menganjurkan untuk mengembangkan keahlian yang sulit digantikan oleh mesin seperti kreativitas, memiliki keahlian untuk memulai usaha sendiri atau enterpreneurial, empati, mampu membangun kepercayaan dan hubungan. Fleksibilitas dan kemampuan memanfaatkan teknologi untuk memulai hal baru atau inovatif juga jadi keahlian yang diperlukan," ujarnya.

Melihat perspektif jangka panjang, menurutnya, keahlian tersebut selain relevan dari waktu ke waktu, juga menjadi keahlian yang belum bisa digantikan oleh mesin. Lantas, jika sudah memiliki keahlian tersebut, bagaimana tentang lapangan pekerjaan yang hilang akibat AI atau otomasi?

"Teknologi baru dan AI akan membuat pekerjaan baru. Apakah itu bagian membuat teknologi baru ataupun bagian menggunakan teknologi untuk melakukan hal baru? Saya yakin ini kita akan menemukan banyak pekerjaan baru," ucap Kirstin.

Menurutnya, sepanjang pergantian era industri, tidak sedikit pekerjaan yang hilang. Namun, tidak sedikit pula pekerjaan yang tumbuh karena transisi era tersebut.

"Sejarah perekonomian menunjukkan pada akhirnya kita membuat lapangan kerja baru lebih dari pekerjaan yang hilang," ucapnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: