Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Defisit Neraca Perdagangan RI Lebih Jauh

Melihat Defisit Neraca Perdagangan RI Lebih Jauh Kredit Foto: Antara/Izaac mulyawan

Investasi swasta sudah tidak terlalu aktif, namun harus segera dimulai setelah presiden dan wakil Presiden dilantik pada akhir bulan ini. Perlambatan pada impor bersifat umum; ketiga kategori, barang konsumsi, bahan mentah dan barang modal, berkontraksi.

Impor barang-barang konsumsi melemah oleh depresiasi rupiah pada 2017-2018, kebutuhan biodiesel pemerintah 20% (B20) (efektif 1 September 2018), dan tarif tambahan untuk lebih dari 1.000 barang konsumsi (efektif 12 September 2018).

Apresiasi terhadap rupiah (secara nominal dan dalam hal nilai tukar) pada tahun lalu telah membantu impor barang-barang konsumsi pulih menjadi 6,8% YoY pada September dari 2,0% pada Agustus.

Meskipun ada peningkatan pada impor barang konsumsi dan modal, pertumbuhan pada bahan mentah dan barang modal tetap negatif di -8,8% YoY dan 4,3% dalam sembilan bulan pertama.

Baca Juga: Duh! Neraca Dagang Indonesia September Defisit US$160,5 Juta

Lemahnya impor modal dan bahan baku secara umum, menyiratkan lebih banyak perlambatan pertumbuhan investasi dalam 1-2 kuartal berikutnya. Impor yang lebih rendah akan merugikan ekspor karena tingginya konten ekspor terhadap impor.

Karenanya, segala tindakan pembatasan impor yang melibatkan bahan mentah dan barang perantara untuk mempersempit defisit perdagangan akan menjadi kontraproduktif.

"Dengan fokus Bank Indonesia diseimbangkan antara mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas rupiah, kami memperkirakan akan ada pemotongan suku bunga 25 bps pada kuartal IV 2019, yang kemungkinan dapat segera terjadi dalam bulan ini," beber Masyita.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: