Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menebak Wajah Pelabuhan Pasca ‘Terpapar’ Gelombang Disrupsi

Menebak Wajah Pelabuhan Pasca ‘Terpapar’ Gelombang Disrupsi Kredit Foto: Sufri Yuliardi

 

Salah satu yang dilakukan IPC terkait hal tersebut, dikatakan Elvyn, adalah mulai bertransformasi dari semula hanya sebuah perusahaan infrastructure player ke arah yang lebih luas secara peran dengan menjadi trade fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik di masa sekarang ini, maka turunan dari upaya transformasi itu adalah dengan mulai menerapkan digitalisasi di seluruh aktifitas perusahaan, baik secara operasional hingga back office

 

“Targetnya untuk menjadi digital port sudah bisa kami implementasikan pada tahun 2022 mendatang, sedangkan transformasi sebagai trade fasilitator kami targetkan bisa terealisasi pada tahun 2024 mendatang,” ungkap Elvyn.

 

Salah satu upaya dalam mendigitalisasi ektifitas di pelabuhan adalah dengan mengimplementasikan beragam teknologi baru seperti pengoperasian crane dan truk yang berjalan otonom tanpa pengendara hingga pengangkutan barang dari dan menuju gudang yang juga dilakukan secara robotik. Persiapan untuk mengarah ke sana diklaim Elvyn telah mulai dilakukan dalam tahap pre-eliminary

 

Baca Juga: Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia

 

“Jadi nantinya semua aktifitas di pelabuhan, mulai yang ada di laut saat kapal bersandar, di terminal saat menaik-turunkan barang hingga supporting activity di kawasan akan fully otomatic. Fully robotic. Kami sedang mengarah ke sana. Sebagian sudah mulai dikerjakan, on progress untuk keseluruhan selesai pada 2022 nanti,” ujar Elvyn.

 

Menurut Elvyn, upaya mengotomasi dan mendigitalisasi seluruh aktifitas di pelabuhan dan terminal merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya transformasi IPC menjadi trade fasilitator. Transformasi tersebut sendiri merupakan langkah strategis perusahaan dalam menjawab kebutuhan masyarakat saat ini yang selalu mengedepankan efektifitas, efisiensi dan kemudahan dalam mengakses sebuah barang. 

 

“Kalau dulu pelabuhan semata-mata hanya berperan untuk memudahkan arus barang dari port to port (P2P). Sekarang tidak cukup lagi sampai di situ. (Peran pelabuhan) Harus sudah sampai door to door (D2D), yaitu dari pabrik hingga ke importir di luar negeri, atau juga dari pabrik di luar negeri sana langsung ke customer di dalam negeri. Kami harus bisa menjadi trade fasilitator,” tutur Elvyn.

 

Untuk bisa berperan sebagai trade fasilitator untuk kondisi saat ini, lanjut Elvyn, basis yang harus digunakan adalah faktor digitalisasi. Nah, langkah mengotomasi seluruh aktifitas pelabuhan dengan mengubahnya menjadi fully robotic juga merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya perusahaan untuk menerapkan konsep digital port

 

“Jadi (layanan robotik) itu semua akan kami kendalikan menggunakan artificial intelligence (AI). Semua diplanning sejak awal dan lalu biarkan robot yang jalankan secara computerized. Lalu manajemen datanya akan menggunakan blockchain. Kami juga akan manfaatkan big data, internet of thing (IoT) dan sebagainya. Semuanya akan terkoneksi dalam satu platform bersama dengan kerangka besar digital port,” ungkap Elvyn.

 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: