Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Takut, Para Tentara AS Ngumpet di Bunker Saddam Hussein saat Serangan Iran

Takut, Para Tentara AS Ngumpet di Bunker Saddam Hussein saat Serangan Iran Kredit Foto: Foto/Istimewa

Sebagian besar pasukan berlindung di bangunan berdebu berbentuk piramida yang dibangun pada masa pemerintahan Saddam Hussein. Mereka tidak yakin apakah akan tahan terhadap serangan misil-misil Iran, tetapi mereka menyadari bahwa tembok miring berusia puluhan tahun yang dibangun untuk membelokkan ledakan senjata Iran lebih kuat dari tempat perlindungan AS, yang dibuat untuk melindungi dari roket dan mortir kecil yang digunakan oleh ISIS.

Kipas ventilasi melapisi dinding luar bungker tua, yang memiliki dua ruang tamu luas dengan tempat tidur lipat, kasur, tandu, dan loker.

Letnan Kolonel Staci Coleman, salah satu pemimpin tim AS yang mengantar pasukan ke bungker, mengatakan dia awalnya ragu.

Baca Juga: PM Jepang: Konfrontasi Militer dengan Iran Ancam Perdamaian dan Stabilitas Global

"Saya sedang duduk di bungker dan saya seperti manusia (lainnya), mungkin saya membuat keputusan yang salah (untuk datang ke sini)," kata Coleman kepada CNN.

"Sekitar 10 menit, setelah saya mengatakan itu pada diri saya sendiri, boom boom boom boom dan saya berkata, 'Baiklah ada jawaban saya,'" lanjut dia. “Seluruh tanah bergetar. Itu sangat keras. Anda bisa merasakan gelombang ledakan di sini. Kami tahu mereka dekat."

Sementara itu, Ferguson berada di dalam bungker buatan AS yang dijejali oleh karung pasir.

"Ada lubang kecil di sisi tempat berlindung dan kami melihat kilatan cahaya oranye," katanya. "Setelah itu, kami memperkirakan bahwa setiap kali kami melihat flash, hanya beberapa detik sebelum itu akan mengenai."

Baca Juga: Kunjungan ke Teheran, Emir Qatar: Dialog adalah Solusi Krisis Iran-AS

Dia menambahkan; "Itu Flash. Ledakan. Flash. Ledakan. Kami tidak tahu kapan itu akan berhenti. Kami duduk di sana dan menunggu sampai selesai."

Ketika pasukan akhirnya muncul, mereka menggambarkan perasaan campuran antara lega dan kejutan serangan senjata.

“Itu 'normal' setelahnya,” kata Coleman. "Tapi kami semua saling menatap mata seolah-olah mengatakan, ‘Apakah Anda baik-baik saja?'," imbuh dia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: