Jenazah Harus Dikremasi, Perempuan Ini Curhat Aturan yang Diberlakukan Pemerintah China
Kredit Foto: Reuters/CNS Photo
Pemerintah China telah mengeluarkan sikap bahwa setiap korban meninggal virus corona harus dikremasi sesegera mungkin. Perintah ini dilakukan demi meminimalisir penyebaran virus.
Namun, yang membuat banyak warga China kurang setuju dengan perintah ini adalah pihak keluarga dilarang melihat jasad sebelum akhirnya dikremasi dan tidak boleh dikubur di tanah. Sekali lagi, tujuannya untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Baca Juga: Pakai Cara Ini, China Klaim Berhasil Sembuhkan 475 Orang yang Terinfeksi Corona
Nah, karena peraturan ini seorang warga China mengeluhkan bahwa dirinya tidak menerima permohonan izin sebelumnya dari pihak rumah sakit sebelum akhirnya jasad keluarganya dikremasi. Kisahnya itu ditayangkan dalam laman Caijing.com pada (1/2/2020).
Dilansir dari News.au, kisah ini terbongkar setelah salah satu keluarga korban meninggal virus corona menceritakan pengalamannya pada laman Caijing tersebut. Dijelaskan di sana, dia tidak menerima pemberitahuan sebelumnya mengenai kremasi tersebut. Ia pun menduga pemerintah sengaja menghilangkan kasus ini.
Cerita disampaikan perempuan bernama Liu Mei. Ayah mertuanya dikabarkan meninggal akibat virus corona di rumah setelah ditolak beberapa rumah sakit di Wuhan dengan alasan tidak ada tempat tidur lagi.
“Pada 26 Januari 2020, keluarga Liu Mei menerima surat kremasi. Ayah mertuanya, 73 tahun, berhenti bernapas di rumah dan dilarikan ke rumah sakit," kata versi terjemahan dari cerita itu.
Liu Mei mengatakan kepada wartawan Caijing bahwa orangtua (pria) memiliki gejala yang diduga tipe baru pneumonia coronavirus pada 21 Januari, dan hasil diagnosis menunjukkan bahwa paru-paru sangat terinfeksi.
Setelah lelaki tua itu dibawa ke ambulans, keluarga tidak pernah melihatnya lagi. Yang mereka terima hanyalah catatan kremasi, yang mengindikasikan bahwa penyebab kematiannya adalah pneumonia karena virus.
Anggota keluarga mengatakan kepada Caijing bahwa mereka percaya kematiannya tidak termasuk dalam angka kematian resmi. Hal ini karena ia tidak pernah dirawat di rumah sakit dan infeksi coronavirus hanya dikonfirmasi setelah kematian.
"Pria tua itu meninggal mendadak, tidak ada pengiriman jasad ke rumah, tidak ada perpisahan keluarga, dan abunya masih ada di ruang duka," kata cerita itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: