Peneliti WHO Mulai Deteksi Fenomena 'Gunung Es' Virus Corona
Layanan hotline tersebut adalah bagian dari respons tingkat pertama pemerintah untuk menangani dampak psikologis dari keadaan darurat kesehatan. Strategi ini pertama kali digunakan setelah gempa bumi di Sichuan pada 2008 yang menewaskan 87.150 orang.
Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, lebih dari 300 hotline telah diluncurkan di seluruh negeri untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan mental terkait dengan coronavirus. Layanan tersebut didukung oleh departemen psikologi universitas, layanan konseling, dan LSM.
Baca Juga: WHO Akui Indonesia Mampu Deteksi Virus Corona Baru
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), China hanya memiliki 2,2 psikiater untuk setiap 100 ribu orang. Jumlah tersebut lima kali lebih sedikit daripada di Amerika Serikat (AS).
Seorang psikolog yang berbasis di Shanghai, Cheng Qi, mengatakan, sebuah hotline nasional yang dijalankan oleh Beijing Normal University kewalahan menerima telepon dari warga setempat.
Cheng mengatakan, ada salah satu penelepon yang mengalami depresi kronis. Penelpon itu menyatakan bahwa dia memiliki keinginan untuk bunuh diri karena dipicu oleh berita buruk terkait wabah virus corona.
"Ini bukan virus (yang menyebabkan depresi), tetapi virus yang merangsang itu (depresi)," ujar Cheng.
Seorang psikoterapis di Tsinghua University, Xu Wang, yang bekerja dengan hotline resmi di Kota Beijing mengatakan, ada tantangan besar bahwa banyak warga yang mengalami kecemasan akibat wabah virus corona. Penelepon kerap memiliki masalah somatik.
"Penelepon sering memiliki masalah somatik, dan mungkin berkata, 'Saya tidak bisa makan dengan baik, tidak bisa tidur nyenyak, dan saya ingin tahu apakah itu infeksi virus'," ujar Xu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto