Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagai Langit dan Bumi, Nasib Dolar AS vs Rupiah Jomplang Parah!

Bagai Langit dan Bumi, Nasib Dolar AS vs Rupiah Jomplang Parah! Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar dolar AS merebut kembali gelar sebagai mata uang paling perkasa di dunia. Dibayang-bayangi oleh ketidapastian ekonomi global akibat wabah virus corona, dolar AS membabat habis seluruh mata uang global, termasuk dolar Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc. 

Baca Juga: Corona Effect: Dolar AS Bergigi, Rupiah Gigit Jari!

Baca Juga: Pontang-Panting Tangani Corona, China Didesak AS untuk. . . .

Tak puas menenggelamkan mata uang global, dolar AS ikut menyapu bersih seluruh mata uang utama di Asia, yakni dolar Taiwan, baht, dolar Singapura, won, yen, dolar Hong Kong, yuan, dan rupiah. Kendati pasukan Benua Kuning lumpuh, tak ada mata uang Asia yang selemah rupiah.

Jika diumpamakan, nasib dolar AS dan rupiah bagaikan langit dan bumi, sangat berbanding terbalik karena rupiah kini berada di klasemen terbawah, baik secara regional maupun global. Terhitung sampai pukul 14.17 WIB, rupiah melemah -0,37% ke level Rp13.935 per dolar AS.

Baca Juga: Emas Global Gak Ada Matinya, Cetak Rekor Terus!

Dua mata uang global lainnya ikut menekan rupiah, yakni euro (-0,26%) dan poundsterling (-0,20%). Sementara itu, pergerakan rupiah terhadap dolar Australia terbilang rawan karena saat ini sang Garuda hanya mampu unggul tipis sebesar 0,05%. 

Selain dolar Australia, rupiah terpantau unggul terhadap baht sebesar 0,32%. Itu artinya, rupiah resmi menjadi mata uang paling lemah di Asia setelah baht. Bagaimanapun, rupiah tak mampu tampil lebih baik daripada dolar Hong Kong (-0,39%), dolar Taiwan (-0,31%), dolar Singapura (-0,28%), yuan (-0,20%), yen (-0,18%), ringgit (-0,12%), dan won (-0,09%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: