Keren! Alumni Unpad Bakal Ciptakan Marketplace Demi Genjot Kemandirian Ekonomi
“Koperasi di Indonesia masih belum sepenuhnya berkembang menjadi kekuatan bisnis, koperasi hanya diingat ketika tidak punya uang, untuk simpan pinjam,” jelasnya.
Sebagai penggiat koperasi dan UMKM, Dr. Tenty merasakan bahwa keberadaaan koperasi hanya sekedar akal-akalan para pebisnis. Ia mecontohkan seperti halnya ketika penjulan gula yang diatur melalui kementerian perdagangan dilakukan melalui koperasi.
“Ternyata yang membuat koperasi adalah pedagang-pedagang besar, yang orangnya itu itu aja,” ungkapnya.
Dewi menambahkan orang-orang yang berjuang melalui koperasi dan UMKM harus mengubah mindset, memiliki pola bisnis seperti halnya korporasi besar, dengan memikirkan manajemen, produknya, packagingnya, distribusi dan pemasarannya.
Menurutnya, di luar negeri justru koperasi berkembang menjadi besar seperti jaringan toko Ace Hardware yang menjual berbagai macam perkakas, basisnya adalah koperasi. Bahkan, klub sepak bola Barcelona lembaga usahanya adalah koperasi.
"Di Jepang, koperasi di bidang pertanian, Zen-Noh menjadi koperasi yang bisnisnya sangat kuat. Sampai-sampai pemerintah Jepang jika ingin membuat kebijakan, harus bertanya dulu dengan Zen-Noh," jelasnya.
Menurut penelitian, 3 dari 1 orang Amerika adalah anggota Koperasi, demikian juga di Jepang. Padahal negara-negara tersebut bisa jadi tidak memiliki kementerian koperasi. Selain itu, ia juga sangat mendukung gagasan Ary Zulfikar yang ingin mengembangkan potensi kewirausahan dan UMKM.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami