Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar Paparkan Efek Psikologis Jangka Panjang Wabah Corona, Rupanya Bisa Timbulkan...

Pakar Paparkan Efek Psikologis Jangka Panjang Wabah Corona, Rupanya Bisa Timbulkan... Perawat berjalan di dalam kamar karantina untuk pasien virus korona baru berlokasi di gedung A2 milik Shanghai Public Clinical Center yang sudah selesai dibangun tetapi masih belum digunakan di Shanghai, China, Senin (17/2/2020). | Kredit Foto: Reuters/Noel Celis
Warta Ekonomi, Washington -

Pandemi virus Corona baru, Covid-19 dapat memberikan efek psikologis jangka panjang. Hal itu diungkapkan sejumlah pakar dari dari Fakultas Psikologi Universitas Yale, Amerika Serikat (AS).

Eli Lebowitz, Direktur Program Gangguan Kecemasan di Yale Child Study Center mengatakan, pandemi ini adalah sesuatu yang belum dipetakan. Dia mengatakan, orang-orang di seluruh dunia mempraktikkan isolasi sosial, tindakan pencegahan terhadap virus, tetapi juga beresiko menjadi faktor untuk munculnya kecemasan dan depresi.

Baca Juga: Apa Saja Dampak Penerapan Lockdown?

Penguncian yang dilakukan pemerintah, jelasnya, seperti di Italia dan Kuwait telah mengamanatkan pemisahan sosial. Sementara individu di negara lain secara sukarela memilih untuk mengisolasi dari yang lain untuk mencegah kemungkinan infeksi.

“Dampak psikologis dapat memiliki efek jangka panjang, tetapi sulit untuk memperkirakan durasinya. Ini adalah wilayah yang belum dipetakan,” ucapnya seperti dilansir Al Arabiya.

Hal senada disampaikan oleh profesor epidemiologi Universitas Yale, Kaveh Khoshnood. Di mana, dia mengatakan jarak sosial, serta perasaan panik, akan memiliki konsekuensi kesehatan mental.

“Kita seharusnya tidak mengabaikan dampak kesehatan mental dari wabah ini. Ada banyak ketakutan dan kecemasan dan itu dapat mendorong perilaku yang merugikan diri sendiri. Beberapa orang tidak tahu cara mengelola kecemasan dan ketakutan mereka dan beralih ke penggunaan narkoba untuk memberi mereka bantuan sementara," ucap Khoshnood.

Wabah ini menghasilkan berbagai macam emosi yang berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis, termasuk kekecewaan tentang peristiwa yang dibatalkan, ketidakberdayaan dalam menghadapi ancaman besar, dan tidak berharga bagi mereka yang tidak bisa pergi bekerja.

Menurut Lebowitz, cara Covid-19 mempengaruhi kehidupan orang-orang di seluruh dunia mirip dengan situasi masa perang. Lebih dari 7.000 orang telah meninggal karena virus di seluruh dunia. Pemerintah memobilisasi tentara dan polisi untuk menghentikan penyebaran, ekonomi menderita, dan orang-orang berjongkok di rumah mereka.

Lebowitz menuturkan, mengurangi bekas luka psikologis virus dapat mulai sekarang dengan memastikan orang memiliki akses ke perawatan dan keamanan untuk keuangan mereka. Dia menekankan bahwa orang harus berusaha mempertahankan rutinitas.

"Mempertahankan rutinitas sebanyak mungkin akan membuatnya lebih mudah untuk kembali ke 'kehidupan normal' setelah krisis berlalu," katanya.

Tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman, melakukan aktivitas fisik, tidur yang cukup, dan makan bergizi, adalah hal-hal yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk dilakukan saat ini.

Mengetahui bahwa seseorang tidak sendirian dalam krisis, ucap Lebowitz, juga dapat meringankan situasi yang penuh tekanan. “Pengetahuan bahwa kita semua terlibat dalam hal ini bersama sampai batas tertentu mungkin dapat membantu sebagian orang dalam mengatasi tantangan," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: