Transisi Pemantauan Pengalaman Digital di Era Kecerdasan Buatan
Ketika smartphone menjadi semakin kuat, konsumen beralih dari menggunakan aplikasi web berbasis browser di laptop menuju aplikasi mobile, yang tersedia untuk digunakan setiap saat. Salah satu cara aplikasi seluler mendapatkan keunggulan adalah dengan memanfaatkan interaksi antar-aplikasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
Demikian diungkapkan Ananth Kumar, Konsultan Produk Site24x7. Dia memberi contoh, saat pelacakan lokasi diaktifkan pada perangkat seluler, aplikasi seperti Uber cenderung menggunakan aplikasi peta seperti Google Maps untuk membantu pengguna secara otomatis, tanpa perlu upaya tambahan dari pengguna akhir. Interaksi antara kedua aplikasi Google Maps dan Uber menjadi aspek penting dari pengalaman digital yang mulus bagi pelanggan.
Pengembangan multi-experience menyebabkan transisi dari aplikasi seluler ke aplikasi realitas virtual (virtual reality/VR), chatbots, dan bahkan kerangka kerja perusahaan yang bersifat mandiri (sejalan dengan mobil yang bisa mengemudi sendiri).
Baca Juga: Co-Living Ini Siap Temani Pekerja Lajang WFH di Jakarta
Semakin berartinya multi-experience menekankan pentingnya menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengotomatisasi interaksi antarmesin karena jenis aplikasi baru ini memiliki lebih banyak titik sentuh dari mesin ke mesin yang menentukan pengalaman pelanggan.
Dari peningkatan pengalaman aplikasi seluler hingga memberikan multi-experience yang tepat, perusahaan perlu memantau application programming interface (API) yang mengirimkan konten ke aplikasi konsumen mereka, serta melacak perilaku pelanggan.
Pemantauan titik akhir API memastikan tidak ada penundaan atau jeda dalam pengiriman konten kepada konsumen pada geografi tertentu. Pelanggan hanya peduli dengan apa yang sedang mereka lihat dan interaksi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti