Tidak kurang dari 75,4 ton kelapa parut asal Sumatera Utara tercatat oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Asahan diekspor ke China sejak Januari hingga April 2020.
Kondisi ekonomi yang melemah akibat wabah pandemi global masih tidak menyurutkan permintaan dari China akan produk turunan subsektor perkebunan ini.
Tidak hanya itu, sebanyak 18,3 ribu ton kelapa parut atau setara dengan nilai ekonomi Rp397 miliar pun berhasil menembus pasar India, Vietnam, dan Malaysia pada periode Januari hingga April 2020 ini.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Tak Ganggu Petani Minahasa Panen Raya Padi dan Jagung
"Secara nasional, tren sertifikasi ekspor kelapa parut juga meningkat, baik volume juga negara tujuan ekspornya," jelas Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat memberikan penjelasan di ruang monitoring lalu lintas produk pertanian secara online (8/4/2020) di Jakarta.
Menurutnya, sertifikasi ekspor kelapa parut asal Sumut ke China tahun lalu mencapai 623 ton, sementara ekspor dengan tujuan negara lainnya mencapai 70.923 ton dengan total nilai Rp2,8 triliun di tahun yang sama. Ini meningkat di kisaran 12% dari perolehan 2018.
Dorong Hilirisasi
Kelapa parut yang makin digemari pasar global ini merupakan produk olahan dari kelapa. Kini tidak lagi ekspor dalam bentuk bulat, namun sudah lebih banyak berupa santan atau kelapa parut.
Sesuai arahan Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo), Kementan kini terus perbaiki iklim investasi dengan deregulasi dan juga penyediaan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong tumbuhnya hilirisasi industri produk pertanian.
Seluruh direktorat teknis di lingkup Kementan fokus untuk program peningkatan produksi dan nilai tambah, khususnya bagi komoditas strategis dan juga komoditas yang memiliki potensi dan peluang ekspor.
Baca Juga: Inilah Strategi PKS Hadapi Penurunan Ekspor Sawit!
Bekerja sama dengan jajaran pertanian di seluruh Indonesia, pembangunan pertanian berbasis kawasan berioentasi ekspor juga digalakkan. Barantan yang ditunjuk untuk menggawangi pencapaian target ekspor, telah menyiapkan aplikasi peta potensi komoditas ekspor (iMACE) sebagai alat bantu dalam pengambilan kebijakan.
"Pada masa seperti sekarang ini, ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik. Lebih tahan lama, mudah mengemasnya dan bernilai tambah. Harapannya selain menambah devisa negara, tentunya berdampak bagi kesejahteraan petani kelapa," pungkas Jamil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: