Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ya Tuhan! di Negara Mr Trump Korban Meninggal Corona Sudah Sampai 20.000 Orang

Ya Tuhan! di Negara Mr Trump Korban Meninggal Corona Sudah Sampai 20.000 Orang Kredit Foto: Foto: Reuters.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Amerika Serikat (AS) kini mengambil alih posisi Italia sebagai negara dengan jumlah kematian akibat virus corona terbanyak di dunia. Data terakhir yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University menunjukkan lebih dari 20.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat virus mematikan ini. Pencapaian buruk ini muncul setelah Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mencatat rekor kematian 200.000 orang per hari akibat Covid-19.

 

Gubernur New York, Andrew Cuomo mengatakan pada Sabtu (11/04) bahwa angka kematian di negara bagian itu tampak mulai stabil. Ketika mengumumkan 783 kematian baru dalam 24 jam, dia menekankan bahwa dalam beberapa hari angka kematian berkisar di angka yang sama.

 

"Itu bukan angka tertinggi, dan Anda lihat bahwa angka itu tampak mulai stabil kendati menjadi stabil pada angka yang mengerikan," ujar Cuomo.

 

Baca Juga: Puji Syukur! Amerika Catat Penurunan Kasus Infeksi dan Kematian Akibat Corona, Ini Jumlahnya

 

"Ini adalah angka-angka yan menunjukkan kehilangan dan kesedihan," lanjutnya.

 

Negara bagian New York menjadi pusat penyebaran epidemi di Amerika Serikat, mencatatkan lebih dari 180.000 kasus dari seluruh 520.000 kasus di seluruh AS.

 

Per Sabtu, seluruh negara bagian AS mengumumkan tanggap bencana atas wabah virus corona.

 

Lebih dari 100.000 orang meninggal karena virus corona di seluruh dunia sejak pandemi ini bermula di China pada Desember silam.

 

Pada Sabtu (11/04) siang, Italia melaporkan 19.468 kematian akibat virus corona, sementara di Amerika Serikat terdapat 20.506 kematian, merujuk pada data Johns Hopkins. Kini, setidaknya ada 527.111 kasus Covid-19 di seluruh Amerika Serikat.

 

Kepala badan yang menangani penyakit menular di AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan angka kasus dan kematian di negara itu "mulai turun" namun upaya-upaya mitigasi seperti jaga jarak, tidak boleh dikendurkan.

 

Kebijakan jaga jarak dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump dan berlaku hingga 30 April.

 

Presiden Trump menghadapi dua tekanan akibat pandemi ini: dengan jumlah pengangguran yang meningkat menjadi 16 juta seiring dengan wabah yang menghantam perekonomian di negara itu.

 

Baca Juga: Update Corona: Amerika Catat 9.980 Kasus Baru, China Keluar dari 5 Besar Kasus Terbanyak

 

Warga bertepuk tangan sebagai wujud penghormatan terhadap petugas medis di Manhattan

 

Dia mengatakan pada Jumat (10/04) bahwa dewan baru, yang terdiri dari tokoh-tokoh bisnis dan medis, akan diumumkan minggu depan untuk membantunya dalam "keputusan terbesar yang pernah saya buat" tentang kapan saatnya memperlonggar kebijakan terkait wabah corona.

Itu terjadi ketika Kongres terus memperdebatkan tahap selanjutnya dari bantuan keuangan Covid-19.

 

Demokrat menghendaki adanya tambahan bantuan sebesar US$250 miliar, yang diusulkan untuk membantu usaha kecil juga memungkinkan dana tambahan untuk rumah sakit dan pemerintah daerah.

 

Tetapi dua politisi Republikan teratas di Kongres, Mitch McConnell dan Kevin McCarthy, menolak permintaan tersebut.

 

Dalam sebuah pernyataan mereka menggambarkan langkah itu sebagai "ancaman sembrono" yang memblokir "dana penyelamatan pekerjaan".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: