Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ya Allah! Global Bikin Dolar AS Nyerah, Tapi Rupiah Masih Berdarah-Darah di Level Terbawah!

Ya Allah! Global Bikin Dolar AS Nyerah, Tapi Rupiah Masih Berdarah-Darah di Level Terbawah! Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kehati-hatian pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi perlahan memudar. Dengan lebih berani, pelaku pasar kembali mendekat pada aset-aset berisiko. Alhasil, dolar AS yang sejak pagi tadi perkasa, kini berbalik memerah di hadapan hampir semua mata uang, seperti dolar Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, franc, yuan, yen, dolar Singapura, dan baht.

Baca Juga: Presiden Komisaris vs Presiden Direktur Berlomba Borong Saham Emiten Konstruksi, Mana Paling Gede?

Baca Juga: Pemilik Harris Hotel Ngaku Omzet Turun di Tengah Pandemi, Manajemen: 6 Bulan ke Depan Kami Akan...

Hanya ada segelintir mata uang yang belum move on  dari tekanan dolar AS, yakni dolar Hong Kong, won, dolar Taiwan, dan rupiah. Asal tahu saja, ketika mayoritas mata uang berbalik melawan, rupiah masih saja berdarah-darah dan berada di level terbawah, baik secara regional maupun global.

Baca Juga: Malang Tak Boleh Ditolak, Mujur Tak Boleh Diraih: Rupiah Paling Remuk Sejagat Raya!

Hingga pukul 14.43 WIB, rupiah terkoreksi -0,65% ke level Rp15.555 per dolar AS. Beberapa waktu sebelumnya, rupiah sempat tertekan sampai ke level terdalam di angka Rp15.605 per dolar AS. Ditambah pula, rupiah terkontraksi di hadapan dolar Australia (-1,37%), poundsterling (-0,89%), dan euro (-0,69%). 

Pasukan mata uang Benua Kuning juga masih betah memosisikan rupiah di klasemen terbawah Asia. Mata uang Garuda itu masih anjlok di hadapan dolar Singapura (-0,91%), yen (-0,79%), yuan (-0,78%), baht (-0,72%), dolar Hong Kong (-0,65%), ringgit (-0,65%), dolar Taiwan (-0,60%), dan won (-0,56%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: