"Dengan demikian penyediaan benih untuk pengembangan biofertifikasi dapat terpenuhi dalam jumlah, kualitas, varietas, waktu, tempat dan harga," ujarnya.
Jika diasumsikan produksi padi Gabah Kering Giling (GKG) dari pengembangan biofertifikasi seluas 450 ha di Maluku Tengah mencapai 1,35 ton, maka program ini mampu menyediakan beras sebanyak 864,27 kg untuk kebutuhan penanganan stunting di daerah seribu pulau ini.
Baca Juga: Pandemi Kepung RI, Panen Beras di Banten Justru Surplus 160.132 Ton
"Benih itu sumber kehidupan dan dari produsen benih itulah awal membangun pertanian yang tangguh," jelas Sarmun.
Perlu diketahui, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi stunting di Maluku mencapai angka 34 persen. Penurunan angka stunting menjadi masalah apabila penanganannya hanya melibatkan instansti tertentu. Pemda Maluku maupun Widya Murad Ismail selaku Duta Stunting Maluku telah berupaya sesuai kewenangannya untuk bersama instansi terkait menurunkan angka stunting di provinsi yang mendapat julukan negeri raja-raja ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti