Sikap PT Pertamina (Persero) tak menurunkan harga BBM subsidi di tengah harga minyak dunia yang anjlok bahkan minus, dinilai masuk akal mengingat BUMN ini terikat dengan beragam regulasi. Salah satunya regulasi harga BBM dari pemerintah hingga soal operasional kilang dan sumur minyak.
Akibat harga minyak mentah turun, Pertamina secara bisnis terdampak di sisi hulu, tapi tidak di sisi midstream dan downstream. Namun, downstream Pertamina tidak dalam kondisi normal dikarenakan permintaan atas konsumsi BBM juga mengalami penurunan.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menyampaikan, menentukan harga jual BBM tidak hanya dari harga minyak mentah, tapi juga biaya operasional bisnis dan lain-lain. Ini perlu dipertimbangkan agar kegiatan bisnis tetap berjalan normal.
Baca Juga: Bos Pertamina Blak-blakan Alasan Ogah Turunkan Harga BBM
Bahkan, harga jual BBM Pertamina saat ini dari pembeliaan dua tiga bulan lalu. Alhasil, tidak bisa dilihat satu variabel saja. Jadi, harus melihat keseluruhan dari unit bisnis yang dijalankan Pertamina. Termasuk di antaranya, biaya yang dikeluarkan Pertamina begitu besar. Hal ini terkait dengan kondisi geografis Indonesia yang luas dan berpulau-pulau.
"Kita tidak bisa membandingkan harga BBM di Indonesia dan Malaysia. Luas wilayah berbeda, biaya distribusi juga berbeda. Jadi, banyak biaya variabel yang dikeluarkan," kata Mamit, Senin (4/5/2020).
Berbagai faktor tersebut, menurut Mamit, tentu memperberat kondisi Pertamina. Terlebih saat ini permintaan BBM juga turun jauh. Hal ini berbeda dibandingkan dengan pemain swasta lain, sehingga butuh banyak pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: