Tahu konsep family farming alias 'Pangan dari Pekarangan'? Nah, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak masyarakat melakukan Gerakan Ketahanan Pangan Nasional melalui konsep tersebut! Sebab dengan begitu, kebutuhan pangan keluarga bisa dipenuhi secara swadaya.
Kepala Biro Humas dan Informasi publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa family farming merupakan cara mudah dalam menghasilkan panganan sehat dan berkualitas seperti sayur-mayur, umbi-umbian, aneka buah dan sumber protein hewani termasuk ikan sesuai potensi lokal.
"Intinya setiap keluarga bisa mensubstitusi kebutuhan pangannya. Masyarakat bisa membangun kebun keluarga dengan memanfaatkan lahan kosong dan pekarangan rumah," ujar Kuntoro, Sabtu (23/5/2020).
Baca Juga: Kementan: Pandemi Tak Halangi Capaian Program Sikomandan
Kuntoro menjelaskan, konsep family farming juga bisa menghasilkan bahan baku pangan tradisional sebagai bagian budaya masyarakat nusantara. Bahan-bahan hasil panen lokal bisa diolah menjadi aneka kuliner khas Nusantara dan diversifikasi pangan selain beras.
"Memang, makanan berbahan dasar sagu, jagung, umbi-umbian dan sayur-mayur adalah bahan dasar yang sejak dulu banyak dijadikan sajian istimewa di hari raya. Jadi, selalu ada hidangan pangan tradisional yang khas untuk disantap bersama keluarga saat lebaran," katanya.
Mengenai hal ini, kata Kuntoro, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatanya meminta agar masyarakat terus mempromosikan pangan daerah berbahan baku lokal secara masif. Dia berharap dengan cara ini konsep family farming dan diversifikasi pangan berkembang baik.
Disisi lain, Mentan Syahrul juga mengajak masyarat suka mencoba makanan daerah dari berbagai kawasan nusantara. Ini penting dilakukan agar ke depan promosi pangan daerah ke level nasional dapat sukses. Misalnya orang Jawa Tengah mencoba hidangan Sulawesi Utara. Begitu juga dengan orang Jawa Barat yang perlu mencoba makanan orang papua, dan lain sebagainya. Hanya melalui cara ini, kuliner nusantara bisa makin populer, disukai masyarakat dan lestari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Tanayastri Dini Isna