Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Obat Bunuh Covid-19, Selain Obat Steroid Murah yang Cegah Kematian Pasien

3 Obat Bunuh Covid-19, Selain Obat Steroid Murah yang Cegah Kematian Pasien Kredit Foto: Unsplash/Joshua Coleman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kasus Covid-19 kian bertambah di berbagai negara. Hal ini membuat para peneliti berlomba-lomba mencari formula untuk mencari vaksin sebagai pencegahan penularan serta obat tepat, termasuk dexamethasone.

Berbagai jenis obat yang sudah tersedia kerap diuji coba pada pasien Covid-19 dengan melihat perkembangannya terhadap virus tersebut di tubuh. Terbaru, peneliti di Inggris berhasil membuktikan bahwa obat jenis dexamethasone efektif mengobati pasien Covid-19 dengan gejala kritis atau parah.

Sebelum dexamethasone, beragam jenis obat lainnya sempat diuji dan dianggap berpotensi sembuhkan pasien Covid-19. Berikut rangkumannya dikutip dari laman Bloomberg.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Buatan China Sukses Uji Klinis, Diklaim Manjur!

Remdesivir

Remdesivir menargetkan materi genetik yang disebut RNA yang bertujuan untuk menghentikan replikasi SARS-CoV-2. Obat ini dikenal sebagai obat Ebola, dan diuji coba dengan diberikan secara intravena.

Awalnya, Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) mengizinkan pasien yang dirawat di rumah sakit untuk mulai menggunakannya. Pada 1 Juni, remdesivir menunjukkan adanya manfaat terkait Covid-19 meski bukti masih terbatas.

Favipiravir

Favipiravir adalah salah satu obat flu. Favipiravir juga menargetkan manfaat RNA untuk menghentikan penyebaran virus. Sebuah penelitian uji coba favipiravir pada 80 pasien di bulan Maret, hasilnya membantu membasmi virus dari pasien seminggu lebih awal dibandingkan dengan koktail obat HIV dari AbbVie Inc, serta menurunkan keparahan gejala di dada.

Kementerian Kesehatan Rusia menyetujui versi yang disebut Avifavir pada 31 Mei, dan obat antivirus itu dikirim ke rumah sakit di seluruh negeri. Dana Investasi Langsung Rusia, yang memproduksi Avifavir, sedang melakukan penelitian tahap akhir pada lebih dari 300 pasien. Namun, pihak produsen obat di Jepang menunda persetujuannya untuk menunggu hasil yang lebih pasti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: