PT Provident Agro Tbk (PALM) mencatatkan pendapatan Rp 189,16 miliar atau menurun 58% dari pendapatan pada tahun 2018 sebesar Rp 446,65 miliar yang terutama disebabkan oleh penurunan volume penjualan CPO, PK dan TBS sehubungan dengan divestasi entitas anak pada tahun 2018 serta adanya penurunan harga rata-rata penjualan CPO Perseroan pada tahun 2019. Namun pada Semester I-2020, pendapatan PALM tercatat naik 25% menjadi Rp 121,28 miliar dari Rp 97,12 miliar pada Semester I-2019.
“Tahun 2019 merupakan tahun penuh tantangan dan berlanjut hingga saat ini. Menghadapi tantangan ini, manajamen berkomitmen untuk menjaga fundamental bisnis Perseroan tetap kompetitif. Efisiensi dan optimalisasi merupakan jawaban yang tepat agar terus memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham,” kata Presiden Direktur Provident Agro, Tri Boewono, seusai Rapat Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (30/7/2020).
Baca Juga: Cuma Sawit yang Bisa Bikin Cuan Astra Agro Lestari Terbang 796%
Dalam RUPSLB kali ini, pemegang saham sepakat untuk mencadangkan anggaran sebesar Rp 28,93 miliar untuk pembelian kembali (buyback) sebanyak 110 juta saham atau 1,55% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan untuk jangka waktu 12 bulan secara bertahap sejak persetujuan dalam RUPS.
Selain menjalankan kebijakan efisiensi dan optimalisasi produksi, Tri menambahkan PALM terbuka dengan segala peluang bisnis usaha yang prospektif. Perseroan tentunya akan melakukan kajian yang komprehensif terhadap peluang-peluang bisnis tersebut untuk mengetahui seberapa besar potensinya dalam memberikan nilai tambah dan memperkuat fundamental Perseroan dalam jangka panjang.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Provident Agro, Devin Antonio Ridwan menjelaskan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, perbedaan tarif impor produk minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang berkepanjangan dan harga CPO yang terus menurun.
“Perang dagang antara kedua negara dengan kekuatan perekonomian terbesar di dunia tersebut berdampak terhadap bisnis CPO. Meski pada akhirnya harga CPO sempat membaik di triwulan terakhir tahun 2019 pun belum mampu mengangkat kinerja industri secara signifikan. Situasi yang menantang ini pada akhirnya berdampak langsung terhadap kinerja Perseroan,” ujarnya.
Penurunan pendapatan Perseroan terutama disebabkan berkurangnya jumlah kebun yang dimiliki Perseroan, hal ini tentunya tercermin pada penurunan volume penjualan dari CPO dan Palm Kernel Oil (PKO). Begitu juga penurunan harga rata-rata penjualan CPO turut memengaruhi pendapatan, dari Rp 7.419/Kg pada tahun 2018 menjadi Rp 6.674/Kg pada tahun 2019. Adapun harga rata-rata penjualan PKO pada tahun 2019 sebesar Rp 3.725/Kg pada tahun 2019, menurun dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar Rp 5.832/Kg.
Baca Juga: Laba Bersih Kuartal I Astra Agro Naik 892%
Untuk tahun ini, Devin mengatakan Perseroan tetap menjalankan kebijakan efisiensi biaya operasional dan optimalisasi produksi perkebunan. Selain itu, Perseroan mengoptimalkan peluang bisnis yang prospektif. Kebijakan tersebut sudah menciptakan hasil yang signifikan, pada Semester I-2020 pendapatan tercatat naik 25% menjadi Rp 121,28 miliar dari Rp 97,12 miliar pada Semester I-2019, dan laba bersih melonjak 142% menjadi Rp 17,05 miliar.
Dari sisi produksi, hingga per Juni 2020 atau Semester I-2020, PALM mencatatkan produksi TBS sebanyak 50,662 ton, produksi CPO dan PKO masing-masing sebesar 14.529 ton serta 2.504 ton. Selain itu, Perseroan juga telah melakukan peremajaan pada luas Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sekitar 1.131 hektar. Adapun luas lahan dengan tanaman menghasilkan mencapai 5.164 hektar.
“Kondisi perekonomian global menghadapi tekanan yang hebat akibat pandemi Covid-19, karena itu strategi efisiensi dan optimalisasi kami lanjutkan kembali. Manajemen optimistis strategi ini akan membawa Provident Agro melewati masa krisis khususnya akibat pandemi Covid-19 dan tetap menjaga pertumbuhan bisnis yang positif,” ujar Devin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri