Kisah Perusahaan Raksasa: Saudi Aramco, Pemilik IPO USD2 Triliun
Banyak orang mungkin sudah tak asing dengan nama Saudi Aramco. Yap, benar. Saudi Aramco, atau yang secara resmi dikenal sebagai Perusahaan Minyak Arab Saudi, adalah produsen minyak terbesar di dunia yang dimiliki Kerajaan Arab Saudi. Secara resmi perseroan ini berbasis di Dhahran, Arab Saudi, dan diperkirakan memiliki cadangan 270 miliar barel.
Dalam catatan Global 500 milik Fortune, Saudi Aramco berada di peringkat keenam daftar perusahaan raksasa dunia. Aramco, pada 2020, memiliki pendapatan keseluruhan (revenues) sebesar 329,7 miliar dolar AS, dengan keuntungan (profit) 88,2 miliar dolar AS dan aset senilai 398,3 miliar dolar AS. Nilai Pasarnya juga sangat fantastis yakni sebesar 1,75 triliun dolar AS.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: State Grid, PLN Terkaya di Dunia
Perusahaan minyak terbesar di tanah Arab ini memiliki sejarah panjang, terhitung sejak awal abad ke-20. Pada kesempatan ini, dengan mengutip dan mengolah dari beberapa sumber, Warta Ekonomi, Rabu (12/8/2020) mencoba mengulas kisah Saudi Aramco dalam tulisan sebagai berikut.
Terbentuknya Saudi Aramco tidak lepas dari kiprah sang founding father Arab Saudi, Ibn Saud kala menyatukan empat wilayah Arab --Hijaz, Najd, Arab Timur, dan Arab Selatan-- menjadi satu negara pada 1932. Raja Ibn Saud kemudian memimpin negaranya mencari minyak.
Kurang dari setahun setelah Raja Ibn Saud mengambil alih kekuasaan, tepatnya pada November 1933, Arab Saudi menandatangani perjanjian konsesi minyak pertamanya dengan Standard Oil Company of California (Socal). Dari situ terbentuklah California Arabian Standard Oil Company (Casoc).
Casoc, pada dasarnya, menandai awal dari apa yang dikenal sebagai Aramco.
Pekerjaan segera dimulai. Pada awal Juni 1934, para ahli geologi menyelesaikan pekerjaan detail pada struktur geologi yang mereka beri nama Dammam Dome. Dengan demikian, mereka menyelesaikan musim lapangan pertama mereka di Arab Saudi.
Dalam laporan awal ke kantor pusat di San Francisco, mereka merekomendasikan agar pengeboran segera dilakukan. Setelah mensurvei gurun Saudi mencari sumber minyak, pengeboran dimulai pada 1935.
Sayang seribu sayang! Sampai akhir 1937, tidak ada minyak yang ditemukan. Bahkan para petinggi perusahaan itu sebenarnya tidak ada yang benar-benar yakin bahwa ada minyak di negara itu.
Setelah bertahun-tahun berusaha dan hanya memperoleh sedikit hasil, pada 1937 para eksekutif Socal meminta nasihat dari kepala ahli geologi mereka, Max Steineke.
Bermodal bekerja di lapangan selama bertahun-tahun, Steineke mengatakan kepada mereka untuk terus mengebor.
Akhirnya, sukses.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: