Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis RS Milik Konglomerat Berdarah-Darah: Dari Boenjamin Setiawan, Mochtar Riady, hingga Tahir

Bisnis RS Milik Konglomerat Berdarah-Darah: Dari Boenjamin Setiawan, Mochtar Riady, hingga Tahir Kredit Foto: Https://mayapadahospital.com

Siloam Hospitals - Mochtar Riady

Siloam Hospitals didirikan oleh Lippo Group pada tahun 1996 silam dengan nama Rumah Sakit Siloam Gleneagles. Rumah sakit ini kemudian lebih dikenal dengan nama Siloam Hospitals. Kemudian, perusahaan milik Mochtar Riady ini bergabung sebagai perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 September 2013 dengan nama PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). 

Kinerja keuangan emiten rumah sakit ini sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 terbilang kurang maksimal. Pasalnya, SILO tercatat merugi sebesar Rp129,37 miliar. Capaian tersebut berbanding terbalik dari semester I 2019 yang kala itu SILO mengantongi keuntungan Rp10,62 miliar. 

Baca Juga: Mayoritas Perusahaan Batu Bara Milik Konglomerat RI Telan Pil Pahit! Ini Daftarnya!

Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, pendapatan SILO menurun 5,92% dari Rp3,38 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp3,18 triliun pada Juni 2020. Penurunan tersebut disumbang oleh pendapatan dari rawat inap, di mana kontribusinya tertekan dari Rp2,01 triliun pada tahun lalu menjadi Rp1,79 triliun pada tahun ini. Sementara itu, pendapatan dari rawat jalan mengalami kenaikan tipis dari Rp1,36 triliun menjadi Rp1,38 triliun.

Dalam keterangan resmi, manajemen SILO menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 membuat pasien memilih menunda perawatan yang berimbas ke anjloknya volume pasien secara signifikan. Sampai dengan Juni 2020, SILO mencatat ada 100.298 pasien rawat inap, turun 18,2% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp122.572 pasien.

"Pasien rawat jalan pada semester satu tahun 2020 tercatat 1.066.161 pasien dibandingkan 1.310.856 pasien pada semester satu tahun 2019, menurun 18,7%," jelas manajemen SILO dikutip pada Jumat, 2 Oktober 2020.

Pada saat bersamaan, SILO berhasil menekan beban pokok pendapatan dari yang sebelumnya Rp2,29 triliun menjadi hanya Rp2,22 triliun. Sayangnya, sejumlah pos beban justru membengkak yang mengakibatkan keuntungan SILO berbalik menjadi rugi. Secara tahunan, beban usaha SILO naik dari Rp903,98 miliar menjadi Rp905,22 miliar. Beban keuangan juga melonjak drastis dari Rp25,25 miliar menjadi Rp85,88 miliar. 

Lonjakan beban diakui terjadi seiring dengan adanya tambahan biaya untuk penanganan Covid-19, termasuk di antaranya adalah penyediaan alat pelindung diri (APD) dan biaya tes bagi karyawan, terutama pada kuartal kedua tahun 2020. 

Presiden Direktur SILO, Ketut Budi Wijaya, membenarkan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap bisnis perusahaan sehingga kinerja keuangan pada paruh pertama tahun ini menjadi negatif. Meski begitu, ia mengapresiasi kerja keras yang dikerahkan oleh seluruh karyawan SILO. 

"Saat ini belum jelas kapan kami akan melihat perbaikan keadaan. Walau ada ketidakpastian di masa depan, kami telah menyusun tim manajemen yang kuat yang telah menunjukkan eksekusi yang sangat baik sepanjang tahun 2019 dan 2020. Kami yakin akan  kemampuan dan pengalaman tim manajemen kami untuk melewati keadaan yang sulit ini," pungkas Ketut Budi Wijaya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: