Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Orang Terkaya: Rupert Murdoch, Penguasa Media Dunia Pemilik Fox News

Kisah Orang Terkaya: Rupert Murdoch, Penguasa Media Dunia Pemilik Fox News Rupert Murdoch, bos Fox News. | Kredit Foto: REUTERS/Mike Segar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Salah satu orang terkaya dunia, Rupert Murdoch adalah penguasa media yang tak hanya tersebar di Amerika, tetapi juga Australia dan Inggris. Jaringan media yang dimiliki Murdoch berawal dari ayahnya yang merupakan penerbit surat kabar terkenal.

Alhasil, Murdoch pun mewarisi surat kabar ayahnya yaitu Sunday Mail dan News. Pemilik nama Keith Rupert Murodch ini lahir pada 11 Maret 1931 di sebuah pertanian kecil sekitar 30 mil di selatan Melbourne, Australia.

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Petr Kellner, Orang Terkaya No. 1 di Republik Ceko

Sejak lahir, Murdoch menggunakan nama tengahnya, Rupert, nama kakek dari pihak ibu. Ayahnya, Keith Murdoch, adalah seorang jurnalis Australia terkenal yang memiliki sejumlah surat kabar lokal dan regional seperti The Herald di Melbourne, Courier-Mail di Brisbane dan News and Sunday Mail.

Karena itulah Muroch menjadi putra seorang jurnalis yang dihormati. Ia bahkan sudah dipersiapkan untuk masuk ke jagat media sejak usia muda.

Murdoch lulus dari Geelong Grammar, sekolah asrama Australia yang bergengsi, pada tahun 1949. Setelah lulus, ia pun melanjutkan kuliah di Worcester College, Universitas Oxford di Inggris. Menurut salah satu penulis biografinya, Murdoch adalah seorang mahasiswa normal berdarah merah yang memiliki banyak teman, mengejar gadis, selayaknya pemuda pada umumnya.

Namun, masa muda Murdoch yang suka bersenang-senang tiba-tiba berakhir saat ayahnya tiba-tiba meninggal pada tahun 1952, meninggalkan putranya sebagai pemilik surat kabar Adelaide, News and the Sunday Mail.

Setelah mempersiapkan diri dengan magang singkat di bawah Lord Beaverbrook di Daily Express di London, pada tahun 1953, Murdoch yang berusia 22 tahun saat itu kembali ke Australia untuk mengambil alih kendali dokumen ayahnya.

Segera setelah mengambil alih kendali Sunday Mail dan News, Murdoch membenamkan dirinya dalam semua aspek operasi harian surat kabar. Dia menulis berita utama, mendesain ulang tata letak halaman, dan bekerja di ruang pencetakan dan penyusunan huruf. Namun, harus tersandung skandal berita sensasional seperti kejahatan, skandal dan seks.

Hanya tiga tahun kemudian, pada tahun 1956, Murdoch memperluas operasinya dengan membeli Sunday Times yang berbasis di Perth, dan mengubahnya dalam gaya News yang sensasional.

Kemudian, pada tahun 1960, Murdoch masuk ke pasar Sydney yang menguntungkan dengan membeli Mirror yang dulu bermasalah dan ia ubah menjadi koran sore terlaris di Sydney. Berkat kesuksesan dan ambisinya dalam pengaruh politiknya, pada tahun 1965 Murdoch mendirikan koran harian nasional pertama Australia, Australian, yang membantu membangun kembali citra Murdoch sebagai penerbit berita yang terhormat.

Pada musim gugur 1968, saat Murdoch berusia 37 tahun dan memiliki kerajaan berita Australia senilai USD50 juta, Murdoch pindah ke London dan membeli tabloid Sunday yang sangat populer, The News of the World.

Satu tahun kemudian, dia membeli tabloid harian yang sedang berjuang bernama Sun, dan sekali lagi mengawasi transformasi yang sukses dengan formulanya yang memberitakan seks, olahraga dan kejahatan.

The Sun juga menarik pembaca dengan memasukkan gambar wanita topless dalam fitur "Halaman 3" yang terkenal.

Murdoch selanjutnya memperluas kerajaan beritanya ke Amerika Serikat, dengan mengakuisisi tabloid yang berbasis di Texas pada 1973, San Antonio News. Seperti yang telah dilakukannya di Australia dan Inggris, Murdoch dengan cepat mulai berekspansi ke seluruh negeri, mendirikan tabloid nasional, The Star, pada 1974 dan membeli New York Post pada 1976.

Pada 1979, Murdoch mendirikan News Corporation sebagai perusahaan induk untuk berbagai kerajaan medianya.

Sepanjang 1980-an dan 1990-an, Murdoch mengakuisisi outlet berita di seluruh dunia dengan kecepatan yang memusingkan. Di Amerika Serikat, dia membeli majalah Chicago Sun-Times, Village Voice, dan New York. Di Inggris, ia memperoleh Times dan Sunday Times London yang sangat terhormat.

Pada tahun-tahun inilah Murdoch mulai memperluas kerajaan medianya menjadi televisi dan hiburan. Pada tahun 1985, ia membeli Perusahaan Film 20th Century Fox serta beberapa stasiun televisi independen dan mengkonsolidasikan perusahaan-perusahaan ini ke dalam Fox, Inc., yang sejak itu menjadi jaringan televisi utama Amerika.

Pada tahun 1990, ia mendirikan Star TV, sebuah perusahaan penyiaran televisi yang berbasis di Hong Kong. Setelah itu, ia membeli beberapa perusahaan penerbitan akademis dan sastra Amerika dan Inggris yang bergengsi sepanjang akhir 1980-an, dia menggabungkan mereka ke dalam HarperCollins pada tahun 1990.

Murdoch juga berinvestasi dalam olahraga, ia memiliki sebagian dari waralaba Los Angeles Kings NHL, waralaba NBA Los Angeles Lakers dan Staples Center, serta Fox Sports 1 dan situs web Fox Sports.

Dengan dimulainya abad baru pada tahun 200an, Murdoch terus memperluas kepemilikan News Corp untuk mengontrol lebih banyak media yang dilihat orang setiap hari. Pada 2005, ia membeli Intermix Media, pemilik situs jejaring sosial populer MySpace.com.

Dua tahun kemudian, pada 2007, maestro surat kabar kawakan itu menjadi berita utama dirinya sendiri dengan pembelian Dow Jones, pemilik Wall Street Journal.

Tepat 12 tahun kemudian, atau pada 2019, Murdoch menjual sebagian besar studio film Fox, FX serta sahamnya di Star India kepada Disney seharga USD71,3 miliar (Rp1.052 triliun) pada Maret 2019. Putra Murdoch, Lachlan pun menjalankan New Fox yang terdiri dari jaringan siaran, berita kabel, bisnis, dan olahraga. Hari ini, Murdoch berharta USD17,7 miliar (Rp260 triliun).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: