Ekspektasi vs Realita Sama-Sama Pahit: Rupiah Hilang Arah, Oleng!
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus sedalam 3,49% pada kuartal III tahun 2020. Realita tersebut sama pahitnya dengan apa yang disampaikan Presiden Jokowi pada beberapa waktu lalu, di mana Indonesia dipastikan resesi dengan koreksi di kisaran 3%.
Kabar tersebut secara tidak langsung menjadi sentimen bagi nilai tukar rupiah. Seakan terkena efek domino, rupiah hanya mampu mempertahankan apresiasinya di hadapan dolar AS sebesar 0,27% ke level Rp14.388 pada penutuapn pasar Kamis, 5 November 2020. Baca Juga: Dalam Kondisi Rugi, Matahari Habiskan Rp500 Miliar Lebih Buat Borong Saham Bank
Level tersebut selisih cukup jauh dengan capaian terbaik rupiah sepanjang hari ini yang menembus Rp13.309 per dolar AS. Apresiasi rupiah di hadapan tiga mata uang global juga ikut merosot tajam, yakni dolar Australia (0,05%), poundsterling (0,11%), dan euro (0,01%). Baca Juga: Tajir Melintir! Caplok Bank Harda, Daftar Perusahan di Kerajaan Bisnis Chairul Tanjung Beranak-Pinak
Tak jauh berbeda, performa rupiah di Asia juga menurun drastis. Sang Garuda bukan lagi yang terbaik di Benua Kuning karena kini berbalik anjlok terhadap ringgit (-0,09%) dan yuan (-0,09%). Untungnya, rupiah masih bisa lebih baik daripada dolar Taiwan (1,17%), dolar Hong Kong (0,27%), won (0,23%), baht (0,11%), dolar Singapura (0,08%), dan yen (0,06%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih