Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo atau Anies Baswedan-Rizieq Shihab? Mana Pasangan Paling Seksi?

Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo atau Anies Baswedan-Rizieq Shihab? Mana Pasangan Paling Seksi? Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso

Ganjar Pranowo-Khofifah Indar Parawansa

Skenario awal PDIP diperkirakan berubah jika elektabilits Ganjar Pranowo terus menanjak hingga menjelang pilpres. Saat ini, Ganjar masih menempati urutan teratas survei capres.

Skenario PDIP memajukan Puan Maharani sebagai cawapres berpasangan Prabowo bisa saja berubah jika Ganjar dinilai punya kans besar menang, sebagaimana terjadi pada Joko Widodo di Pilpres 2019. Saat itu, Megawati memberi jalan ke Jokowi karena elektablitasnya yang sangat tinggi.

Baca Juga: Tebak-Tebak Buah Manggis: Ganjar Pranowo, Bakal Jadi Kampret atau Kadrun di 2024?

Jika ini yang terjadi, PDIP sebagai partai nasionalis berpeluang menggandeng tokoh yang berasal dari kalangan santri. Hal ini juga terjadi pilpres 2019 ketika di periode kedua Jokowi menggandeng KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Hasilnya, Jokowi dan PDIP kembali menang.

Salah satu figur potensial mewakili santri di pilpres mendatang adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah menjadi representasi Nahdlatul Ulama sekaligus mewakili kalangan perempuan. Khofifah juga mudah diterima oleh berbagai kalangan, baik di kubu partai nasionalis maupun partai berbasis santri seperti PKB dan PPP.

Dengan begitu, kansnya untuk maju di pilpres sangat terbuka. Potensi Ganjar-Khofifah menang jika berpasangan cukup besar. Salah satu faktornya adalah dukungan populasi dua provinsi asal kedua tokoh, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Anies Baswedan-Habib Rizieq Shihab

Aspirasi publik yang menduetkan Anies Baswedan dengan tokoh Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab (HRS) mencuat hampir sebulan belakangan ini. Itu terjadi setelah kepulangan HRS dari Arab Saudi. Jika kedua tokoh ini berpasangan di pilpres, dukungan kemungkinan akan diperoleh dari pemilih Islam yang berafiliasi ke gerakan 212.

Kedua tokoh memiliki basis dukungan yang sama, yakni kalangan Islam. Khusus HRS, meski memiliki pendukung fanatik dalam jumlah besar, elektabilitasnya masih rendah. Namun, bukan tidak mungkin dukungan terhadapnya naik setelah ia kembali ke Tanah Air setelah tiga tahun di Arab Saudi.

Dari sisi ketokohan sebagai ulama HRS memiliki pengaruh kuat. Namun, apakah dia punya pengaruh yang sama di dunia politik masih perlu pembuktian.

Hanya saja, kendala terbesar jika kedua tokoh ini berpasangan adalah dukungan partai politik. Keduanya sama-sama bukan kader partai. Namun, cerita akan berbeda jika nanti UU Pemilu diubah dan syarat presidential threshold 20% dihapus. Bisa saja ada partai Islam peserta Pemilu 2024 yang mengajukan duet ini sebagai capres-cawapres.

Dua Kategori Capres

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, membaca peluang siapa tokoh yang akan maju capres bisa dilihat pada dua variabel. Pertama, variabel tetap. Mengacu variabel ini, parpol biasanya sudah memiliki calonnya, misalnya PDIP sudah punya Puan dan Gerindra akan ajukan Prabowo.

Kedua, variabel dinamis, yakni mengacu pada elektabilitas tokoh. "Kalau variabel ini kita tidak tahu siapa yang akan maju capres nanti karena yang sekarang elektabilitasnya di atas bisa saja ke bawah, dan yang ada di bawah bisa saja ke atas," ujarnya kepada SINDOnews.

Namun, dalam sejarah pilpres Indonesia, kata dia, kemunculan capres hanya mengerucut pada dua kategori. Pertama dari kalangan menteri. Contohnya adalah SBY pada 2004. Kedua, kepala daerah sebagaimana dilakukan Jokowi pada 2019.

"Jadi bicara posisi, yang potensial maju jadi capres pada 2024 itu adalah kepala daerah. Kenapa? Karena bisa dilihat kinerjanya dan eksposurenya luas," kata Qodari.

Dia menyebut kepala daerah yang berpeluang semuanya di Jawa, yakni gubernur DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Qodari menyangsikan jika ada figur yamg bjsa muncul sebagai capres di luar dua kategori menteri dan kepala daerah. Ini juga berlaku pada kemunculan Habib Rizieq Shihab yang banyak disebut potensial jadi capres.

"Apakah HRS ini bisa ciptakan kategori ketiga, yaitu capres yang maju lewat jalur tokoh masyarakat?" ujarnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: