Dalam kesempatan tersebut Lisa memaparkan perubahan pola konsumen dari fase awal pandemi hingga kini, berdasarkaan data di Blibli.com. Ada perubahan preferensi yang menarik, bagaimana konsumen yang awalnya gandrung pada produk “serba sehat” kemudian bergerak ke kebutuhan kompensasi agar tetap “waras dan eksis”.
Menurut Lisa, setidaknya ada 3 gelombang preferensi masyarakat dalam berbelanja berdasarkan data penjualan di Blibli.com. Pertama adalah fase panic buying di tiga bulan pertama masa pandemi. Produk yang banyak diburu di antaranya hand sanitizer, makanan kalengan, dan suplemen multivitamin.
Memasuki bulan keempat pandemi, masyarakat mulai “beradaptasi” lebih jauh dengan kebijakan pembatasan sosial. Dilihat dari data penjualan, sebagian masyarakat sibuk merenovasi kecil-kecilan kediaman mereka, seperti mengganti penerangan di rumah dengan sistem pintar berbasis ponsel. Termasuk juga pembelian sepeda dan aksesorisnya yang terlihat melonjak.
Di fase ketiga, masyarakat cenderung memilih produk atau jasa yang terkait dengan hiburan. Promo penerbangan murah, menurut Lisa, adalah salah satu yang paling cepat laku, padahal masih pandemi. “Sudah kayak jual kacang goreng,” ucap Lisa.
Dari temuan riset dan preferensi konsumen di e-commerce tersebut, menurut Arya, daya beli atau dorongan masyarakat untuk spending pada dasarnya tidak banyak berubah. Ada banyak kalangan yang hanya mengubah alokasi belanja saja.
Yang tadinya spending untuk pergi nge-gym, kini beralih menekuni hobi olah raga bersepeda (mahal) dengan alasan tetap sehat dan daya tahan tubuh meningkat. Yang tadinya merogoh kocek untuk ngopi cantik di coffee shop, kini beralih masak di rumah dengan membeli cooking set (mahal) baru. Alasannya, memasak di rumah lebih hemat dan aman dari ancaman tertular Covid-19.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto