Padahal, bisa saja fenomena ini juga terjadi karena terdorong untuk bahan posting alias pamer di sosial media.
“Gelora untuk membeli barang-barang yang memiliki nilai social currency tinggi itu tetap ada,” ungkap Arya.
Karena bagaimanapun, pada akhirnya social currency yang biasanya memegang komando tertinggi perilaku masyarakat. Anjuran menerapkan gaya hidup normal baru dibajak menjadi “pembenar” untuk perilaku baru berkonsumsi.
Celah inilah yang bisa dimaksimalkan para entrepreneur dan juga pemerintah yang tengah berjuang mengerakkan roda ekonomi. Untuk bagian isu ini, Fiki mengupas brand value sebagai strategi membentuk kecenderungan konsumsi yang tak lekang krisis.
Sebagai pelaku bisnis industri kreatif yang kini bergabung di pemerintahan, Fiki juga memaparkan upayaupaya kolaboratif yang tengah dibangun pemerintah untuk meningkatkan economic value produkproduk UKM.
Fiki sadar betul, UMKM adalah fondasi ekonomi negara ini. Tak kurang dari 60% PDB nasional disumbang UMKM. Karena itu untuk mempertahankan roda ekonomi nasional artinya mendorong UMKM tetap berkembang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto