Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Raytheon Technologies, Kontraktor Militer Terkaya Ketiga di AS

Kisah Perusahaan Raksasa: Raytheon Technologies, Kontraktor Militer Terkaya Ketiga di AS Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Raytheon Technologies Corporation adalah perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan yang menyediakan sistem dan layanan canggih untuk pelanggan komersial, militer, dan pemerintah. Perusahaan ini mendorong batas-batas avionik, keamanan siber, energi terarah, penggerak listrik, hipersonik, fisika kuantum, dan banyak lagi.

Raytheon adalah kontraktor pertahanan terbesar ketiga di Amerika Serikat, setelah Boeing Company dan Lockheed Martin Corporation. Di antara produk pertahanan utama perusahaan adalah sistem pertahanan rudal, termasuk sistem rudal darat Patriot dan Hawk; rudal ofensif, termasuk Tomahawk, TOW, dan Stinger; dan radar, inframerah, dan sistem elektronik lainnya untuk pengawasan, pengintaian, penargetan, navigasi, dan tujuan lainnya.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: IBM, Pelopor Komputer Pertama yang Bisnisnya Cakup 70% Dunia

Raytheon telah memelopori konversi teknologi pertahanan menjadi produk komersial. Sejumlah produknya seperti peralatan elektronik kelautan, produk komunikasi nirkabel broadband, dan sistem penglihatan malam inframerah untuk mobil.

Sebagai salah satu di antara konglomerat teknologi asal AS yang meneliti, mengembangkan, dan memproduksi teknologi canggih dalam industri kedirgantaraan, Raytheon menjadi perusahaan terkaya paling muda dalam daftar Fortune Global 500. Dia lahir dari penggabungan perusahaan United Technologies Corporation (UTC) dan induk perusahaan, Raytheon Company pada April 2020. Kesepakatan itu tembus di angka 86 miliar dolar AS. 

Catatan keuangan Raytheon mengikuti laporan UTC dalam tahun-tahun sebelumnya. Dengan begitu, di tahun 2020 ini perusahaan membukukan pendapatan 56,58 miliar dolar dalam setahun. Sayangnya, Raytheon merugi hingga 3,51 miliar dolar di tahun itu. Di sisi lain nilai pasarnya masih stabil di angka 104,54 miliar dolar. 

Singkatnya, Raytheon menjadi salah satu perusahaan raksasa yang menempati peringkat ke-199 dunia. Lebih lanjut, berikut Warta Ekonomi sajikan ulasan ringkas pada Rabu (3/2/2021) mengenai perjalanan Raytheon Technologies.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, Raytheon Technologies merupakan korporasi gabungan antara Raytheon Company dengan UTC. Untuk mempermudah penjabarannya, akan dijelaskan satu per satu dari perusahaan tersebut.

Raytheon Company 

Sembilan puluh tahun yang lalu, kisah sukses besar perusahaan AS dimulai. Beberapa peneliti visioner yang penuh semangat menciptakan usaha teknologi bangkin di bawah bayang-bayang universitas besar. Adalah Raytheon yang didirikan di Cambridge, Massachussetts, dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada 7 Juli 1922, bernama American Appliance Company.

Pendiri perusahaan meliputi Vannevar Bush, yang akan menjabat Dekan Fakultas Teknik MIT pada saat itu; seorang insinyur Laurence Marshall; dan Charles G. Smith seornag ilmuwan kelistrikan gas. Inovasi revolusioner mereka adalah tabung penyearah gas S, perangkat yang menghilangkan salah satu baterai mahal yang tidak praktis.

Tahun 1925, perusahaan mengubah namanya menjadi Raytheon Manufacturing Company. Raytheon dengan cepat pindah ke garis depan inovasi di industri elektronik.  

Selama Perang Dunia II, karyawan Raytheon berkontribusi dalam upaya perang. Mereka memasok 80 persen tabung magnetron yang digunakan di radar AS dan Inggris. Mereka sekaligus mengembangkan bagian untuk sekering kedekatan penting dalam cangkang antipesawat, di antara peralatan lainnya.

Setelah perang, Raytheon mulai menawarkan produk sipil, microwave menjadi salah satu yang paling terkenal. Insinyur Raytheon Percy Spencer menemukan microwave memasak ketika, saat dia berdiri di depan magnetron aktif, sebatang permen di sakunya mulai meleleh. 

Berbekal rasa penasaran yang tinggi, Spencer mengirimkan biji popcorn --dan mereka mulai meletus. Dengan itu, alat baru segera diproduksi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: