Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kembalikan Duit Buffett 1.500 Persen, Ini Alasan Warren Buffett Investasi di Coca-Cola

Kembalikan Duit Buffett 1.500 Persen, Ini Alasan Warren Buffett Investasi di Coca-Cola Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham perusahaan Coca-Cola menjadi saham tertua yang dimiliki Warren Buffett di Berkshire Hathaway. Coca-Cola juga memberikan return terbaik, dengan saham yang naik lebih dari 2.000% sejak miliarder yang dijuluki Oracle of Omaha itu mulai membelinya 33 tahun yang lalu.

Pada webinar Yahoo Finance Plus baru-baru ini, Bill Smead, kepala investasi di Smead Capital Management, memulai pelajaran dengan menjelaskan bagaimana Buffett mengelola pertumbuhan dan nilai dalam portofolio Berkshire.

Baca Juga: Gokil! Warren Buffett Memang Beda, 3 Saham Ini Kasih Dividen Jumbo untuk Buffett!

"Bagi Buffett dan [Charlie] Munger, semua investasi adalah investasi nilai. Mereka ingin membeli burung di tangan, yang bernilai dua di semak-semak. Mereka ingin membeli sesuatu dengan harga yang lebih murah daripada yang mereka kira nilainya. Jadi hal yang ideal dalam berinvestasi didasarkan pada matematika investasi saham biasa. Jika Anda membeli saham seharga USD30 dan membayar tunai, hal terburuk yang mungkin terjadi pada Anda adalah nilainya menjadi nol. Tetapi hal terbaik yang mungkin terjadi pada Anda adalah eksponensial," kata Smead sebagaimana dikutip dari Yahoo Finance di Jakarta, Jumat (30/4/21).

Smead menjelaskan Buffett ingin membeli bisnis yang berkembang selama beberapa dekade pada saat orang lain ketakutan dan tidak mengerti mengapa perusahaan itu akan menjadi hal yang baik selama 20 atau 30 tahun ke depan.

Smead menjelaskan ini adalah harga yang bersedia dibayar orang untuk setiap dolar dari pertumbuhan pendapatan serta jumlah pendapatan itu sendiri yang akan bertumbuh.

Berkshire pertama kali membeli saham Coke dari 1988 hingga 1989, ia telah meraup lebih dari 23 juta saham. Ketika Buffett pertama kali mulai membeli pada kuartal pertama, banyak investor masih gelisah dari kehancuran Black Monday pada Oktober 1987.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: