Anggota Komisi XI DPR, Andreas Eddy Susetyo pesimis dengan proyeksi tersebut. Dia menilai, kondisi ekonomi saat ini masih jauh dari kata pulih. Menurut Andreas, lebih tepat jika dikatakan rebound pada kuartal II tahun ini. “Kalau dikatakan recovery itu sebetulnya belum,” cetus politisi PDIP ini.
Hal yang sama juga dikatakan Anggota Komisi XI DPR, Jon Erizal. Kata dia, penyulut pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor impor. Sementara realisasi pertumbuhan ekonomi hingga kuartal I masih berat untuk mencapai positif. “Tiba-tiba di Kuartal II-2021 lonjakannya sampai 7,1 persen. Bagaimana cara memperoleh lonjakan setinggi itu?” katanya.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menilai, pemerintah mulai halusinasi. Mengejar pertumbuhan tinggi, tapi kebijakannya kontraproduktif. Seperti wacana Tax Amnesty hingga pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) yang lebih tinggi.
Baca Juga: Pak Jokowi, Anak Buah AHY Bilang Rakyat Bosen dengan Janji Bapak Soal Ekonomi Bombastis
Bhima memprediksi, ekonomi masih akan sulit menembus 7 persen meski ada indikator perbaikan di sektor manufaktur, ekspor, dan konsumsi rumah tangga. “Dibanding mengumbar optimisme, pemerintah lebih baik fokus untuk pemulihan di 1,5 bulan tersisa pada kuartal ke II,” pungkasnya.
Warganet ikut mengomentari target Sri Mulyani itu. @AriKacung1 berharap proyeksi Sri Mulyani soal ekonomi benar. “Kalau salah kebangetan. Malu-maluin,” cuitnya. “Mudah-mudahan tidak serba berkebalikan,” cuit @PatMonem. Sementara akun @TomoiLamba mempertanyakan pertumbuhan ekonomi 8 persen itu. “Meroket nggak bu?” cuitnya.
Sementara akun @tidakfergusso optimis. “Komoditas banyak yang panen pas kuartal II, jadi ya masuk akal sih,” cuitnya. Akun @PutraMerdeka9 bahkan menganggap andai-andai Sri Mulyani ketinggian. “Mimpi di atas mimpi,” sindirnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: