Bukan Emas atau Tanah, Chairul Tanjung Beberkan Data Bakal Jadi Aset Paling Berharga di Dunia!
"Perubahan ini terlihat simpel, padahal mengubah gaya hidup manusia, akibatnya juga mengubah supply dan demand," terang CT.
Perubahan kehidupan juga cepat. Jika dahulu Windows membutuhkan waktu 30 tahun untuk update terbaru, kini Android hanya butuh 6 tahun.
Teknologi juga menimbulkan disruption di bidang kesehatan. Contohnya di Singapura, dokter ahli radiologi menjadi dokter paling mahal karena harus membaca hasil scan, dan lain sebagainya. Tetapi kini, dokter ahli radiologi menjadi dokter paling tidak laku. Kenapa? Karena sudah ada Artificial Intelligence (AI) yang dapat membaca itu semua.
Bahkan, keakuratan robot AI lebih hebat dari seorang dokter. Hal ini karena AI memiliki jutaan data kasus, sementara dokter mungkin hanya ratusan atau ribuan kasus. Itulah sebab teknologi mengubah segalanya.
Contoh lainnya, kecanggihan 3D Printer akan disambungkan ke dalam tubuh manusia sehingga DNA manusia masuk ke dalam komputer. Hal ini dapat membuat manusia yang membutuhkan transplantasi ginjal, tinggal di print sesuai dengan DNA manusia itu sendiri.
Lalu, dalam era digital, aset yang paling berharga di dunia adalah data. Jadi, aset yang paling berharga bukan lagi emas atau tanah, tetapi data. Dengan data, apapun bisa dilakukan seperti melakukan prediksi, analisa, dan digital analytic.
Karena data pula bisa terjadi efisiensi, produktivitas meningkat, pelayanan lebih baik, dan lain sebagainya. Bahkan dengan data, kebanyakan milenial lebih memilih untuk bertanya pada Google terkait kesehatan, daripada ke dokter. Non-milenilal mungkin tidak puas, tetapi milenial mengaku puas bertanya pada internet.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: