Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebinekaan, Demokrasi, dan Keterbukaan Nihil di Israel?

Kebinekaan, Demokrasi, dan Keterbukaan Nihil di Israel? Kredit Foto: Instagram/State of Israel

Menurut Roger Garaudy dalam Mitos dan Politik Israel (2000), sejak awal Zionisme bersikap antipati terhadap asimilasi. Mereka menganggap, kaum Yahudi mesti menjaga kemurnian darah agar tidak bercampur dengan non-Yahudi (gentile). 

Dalam hal ini, tulis Garaudy, mereka bergabung dalam visi dasar seluruh paham rasisme, termasuk Hitler. Alhasil, tidak mengherankan bila akhirnya UU demikian disahkan dan diberlakukan di Israel, wujud negara dari gagasan Zionisme politik.

Kini, perlahan namun pasti, pendudukan Israel kian meluas, mencaplok satu per satu wilayah Palestina pasca-Perang 1967. Wujud pencaplokan tanah itu terjadi terutama di Tepi Barat. Sekitar 500 ribu orang Israel (baca: Yahudi) dengan entengnya merebut rumahrumah warga Palestina di sana. Tidak hanya itu, otoritas Israel juga menetapkan jalan-jalan mana yang hanya bisa dilalui orang Israel.

Alhasil, penduduk Palestina di negeri mereka sendiri justru dipaksa melewati jalan pinggiran. Itu pun masih harus melalui pos-pos pengecekan yang dijaga polisi dan tentara Israel. Belum lagi keadaan nestapa warga Jalur Gaza ataupun jutaan orang Palestina yang hidup di pengungsian.

Maka, sangat aneh bin ajaib bila masih ada pihak-pihak hari ini yang membela Israel. Untuk apa berpihak pada penjajah? Mengapa menutup mata terhadap nasib bangsa terjajah? Sejarah akan menghakimi, di mana keberpihakan kita pada masamasa sekarang ini.  

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: