Kisah Perusahaan Raksasa: JBS, Tukang Daging Paling Laris dan Terbesar di Dunia
JBS SA adalah perusahaan asal Brasil yang bergerak dalam bidang pengolahan daging –sapi, ayam, dan babi. Ini adalah salah satu korporasi pengolah daging terbesar di dunia berdasar pada penjualannya.
Pengolah daging asal Brasil ini juga merupakan salah satu perusahaan raksasa berdasar pendapatannya, menurut Fortune Global 500. Pada 2020, peringkat JBS ada di nomor 213, dengan total pendapatan mencapai 51,85 miliar dolar AS.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Panasnya Batu Bara Shandong Energy Bikin Keuntungan Terus Mengalir
Pendapatan JBS naik sebesar 4,3 persen dari 2019 ke 2020. Bukan cuma itu, perusahaan mencatat sebuah keuntungan yang meroket tajam. Pada 2019, JBS harus menelan pil pahit setelah mengetahui merugi 95,9 persen dan hanya mendapat 6 juta dolar AS setahun. Namun tahun 2020, JBS memetik buah manis setelah keuntungannya meroket 22216,8 persen, sehingga ia sukses mengantongi 1,53 miliar dolar AS pada labanya.
Sebelum masuk ke kisah awalnya, catatan lain dalam kondisi finansial perusahaan perlu diketahui. Nilai JBS di pasar tercatat di angka 11,29 miliar dolar AS. Sementara itu, ekuitas sahamnya tembus 7,36 mliar dolar AS.
JBS didirikan oleh Jose Batista Sobrinho tahun 1953. Dari sebuah pabrik pengolahan daging kecil yang hanya mampu memproses lima ekor sapi per hari, raja daging dunia ini tumbuh jadi yang terbesar di kelasnya. Berikut kisahnya oleh Warta Ekonomi, pada Jumat (2/7/2021) seperti dalam artikel di bawah ini.
Berangkat dari bawah, Jose Batista Sobrinho dengan JBS-nya tumbuh sebagai pebisnis jagal dari Anapolis, Brasil. Ada yang bilang, nama perusahaan diambil dari inisial pemiliknya.
Lalu bisnis Sobrinho mulai dilebarkan sejalan dengan dibentuknya ibu kota Brasil yang baru, Brasilia tahun 1956. Sobrinho membawa bisnisnya ke Brasilia. Dia menyediakan daging untuk tukang daging dan restorannya.
Di sana, tahun 1968 Sobrinho membeli sebuah rumah jagal kecil, meningkatkan jumlah sapi yang disembelih menjadi 100 ekor per hari. Dua tahun kemudian, dia meningkatkan kapasitasnya menjadi 500 per hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: