Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Tekan Presiden Iran Ambil Kesempatan Pembicaraan Nuklir yang Mandek

Amerika Tekan Presiden Iran Ambil Kesempatan Pembicaraan Nuklir yang Mandek Kredit Foto: AP Photo/Office of the Iranian Supreme Leader
Warta Ekonomi, Washington -

Amerika Serikat (AS) mendesak Presiden baru Iran Ebrahim Raisi untuk kembali ke pembicaraan tentang kedua negara melanjutkan kepatuhan dengan kesepakatan nuklir Iran 2015. Ini mengulangi sikap AS bahwa jendela untuk diplomasi tidak akan tetap terbuka selamanya.

Dengan bangkitnya Raisi, yang mengambil sumpah jabatan pada Kamis (5/8/2021) lalu, semua cabang kekuasaan di Republik Islam akan dikendalikan oleh garis keras anti-Barat yang setia kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Baca Juga: Menteri Uni Emirat Arab Bikin Keputusan Mengejutkan dengan Presiden Baru Iran

Iran telah bernegosiasi dengan enam kekuatan utama untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang ditinggalkan tiga tahun lalu oleh Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan itu terlalu lunak terhadap Teheran. Putaran terakhir pembicaraan di Wina berakhir pada 20 Juni.

"Pesan kami kepada Presiden Raisi sama dengan pesan kami kepada para pendahulunya.. AS akan membela dan memajukan kepentingan keamanan nasional kami dan kepentingan mitra kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan, dikutip laman France24, Senin (9/8/2021).

"Kami berharap Iran mengambil kesempatan sekarang untuk memajukan solusi diplomatik," katanya menambahkan.

"Kami mendesak Iran untuk segera kembali ke negosiasi sehingga kami dapat berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan kami," tambah Price selama briefing reguler.

Dia mengatakan "proses ini tidak dapat berlangsung tanpa batas" dan di beberapa titik manfaat dari menghidupkan kembali perjanjian 2015 akan terkikis oleh kemajuan program nuklir Iran.

Iran mulai melanggar pakta tersebut, yang memberikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program atomnya, pada 2019 dengan melakukan kegiatan nuklir yang dilarang berdasarkan kesepakatan, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Iran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: