Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saat Taliban Kembali Berkuasa tapi Sama Sekali Bukan Kejutan, Pakar Mulai Buka-bukaan

Saat Taliban Kembali Berkuasa tapi Sama Sekali Bukan Kejutan, Pakar Mulai Buka-bukaan Pejuang Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu, di Kabul, Afghanistan, Minggu, 15 Agustus 2021. | Kredit Foto: AP Photo/Zabi Karimi

Politik dengan pertumpahan darah

Petinggi militer Pakistan, Mayjen Ehsan Mahmood Khan beberapa tahun lalu mendefinisikan apa yang disebutnya "perang Taliban". Yaitu, politik dengan pertumpahan darah.

Ia menjelaskan bahwa Taliban mengobarkan perang gagasan, "ideologi versus ideologi - ideologi Islam versus ideologi pemikiran Barat".

Yaitu tentang menjungkirbalikkan konsep "negara bangsa". Ini tidak ada hubungannya dengan demokrasi atau pembagian kekuasaan.

Seperti yang dikatakan Mayjen Ehsan, Taliban memiliki "pandangan strategis besar yang bertujuan merebut legitimasi, kredibilitas, dan kekuasaan politik dan moral, baik dengan cara kekerasan maupun tanpa kekerasan".

Taliban mengeksploitasi pemerintahan sipil yang lemah, korup, tidak kompeten, yang mengecewakan rakyatnya.

Tentu saja, dengan cepat menjadi kekuatan penguasa yang brutal, kejam, membunuh lawan, memerintahkan wanita tinggal di rumah, melarang musik dan melakukan hukuman publik.

Kelompok ini memberi perlindungan bagi kelompok-kelompok Islam seperti Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang kemudian merencanakan serangan teror 11 September di Amerika Serikat.

Setelah digulingkan oleh pasukan AS melalui invasi pada tahun 2001, Taliban tetap bertahan, bahkan menjadi "pemerintah bayangan", dan memainkan permainan panjang perang yang berlarut-larut.

Ada unsur etno-nasionalisme di kalangan Taliban. Itu muncul dari mayoritas etnis Pashtun yang dominan.

Identitas etnis dan keyakinan agama membentuk inti identitas Taliban. Kode sosial Pashtun, kata Mayjen Ehsan, dikombinasikan dengan jihad membentuk "ideologi perang yang tangguh".

Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan, mereka mengeksekusi ratusan etnis minoritas lainnya. Hal yang sama harus ditakuti sekarang.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: