Model kemitraan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) merupakan salah satu bentuk dukungan Pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi petani agar masuk ke dalam bisnis kelapa sawit. Dengan konsep kemitraan tersebut, perkembangan sawit rakyat menjadi sangat signifikan.
Kini, luas perkebunan sawit rakyat mencapai 6,7 juta hektare, atau pangsanya mencapai 41 persen dari total luas perkebunan sawit Indonesia tahun 2020. Data PASPI mencatat, produksi minyak sawit dari perkebunan rakyat juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari 2 juta ton menjadi 17 juta ton, atau meningkat sebanyak 750 persen selama periode tahun 2000-2020.
Baca Juga: Kembangkan Riset Sawit Indonesia, BPDPKS Dukung 28 Penelitian Baru Sebesar Rp42,4 Miliar
Melansir laman Palm Oil Indonesia, Ketua Dewan Pembina PASPI yang juga merupakan Menteri Pertanian RI periode tahun 2000-2004 menjelaskan, terdapat lima faktor pendorong pertumbuhan perluasan areal dan produksi minyak sawit yang relatif cepat, baik pada perkebunan sawit rakyat maupun perusahaan perkebunan.
Pertama, pertumbuhan pasar yang sangat besar dan tidak pasif (pertumbuhannya dapat diciptakan). Dengan pasar yang bertumbuh, harga juga bertumbuh sehingga menciptakan margin. Terlebih beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia cukup aktif menciptakan pasar dalam negeri yang besar melalui program biodiesel sawit. Pertumbuhan pasar domestik yang demikian juga turut memengaruhi pasar internasional.
Kedua, kebijakan pemerintah yang bersahabat dengan pertanian (perkebunan sawit). Misalnya, kebijakan makroekonomi terkait dengan depresiasi nilai tukar yang terjadi di awal revolusi berimplikasi pada kompetitifnya harga produk pertanian (termasuk minyak sawit) Indonesia di pasar global. Selain itu, kebijakan politik berupa program desentralisasi (transmigrasi) membuat pembangunan pertanian (perkebunan sawit) menjadi lebih cepat. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan program biodiesel sawit maupun industri hilirnya juga menjadi kebijakan yang mendukung dan memperkuat pasar minyak sawit.
Ketiga, kemitraan merupakan kunci dari perkembangan perkebunan sawit di Indonesia baik perkebunan besar maupun perkebunan sawit rakyat. Bahkan, model kemitraan ini menjadi kunci yang menjelaskan petani rakyat bisa turut berpartisipasi dalam kemajuan pembangunan industri sawit nasional.
Keempat, tersedianya teknologi melalui riset penelitian. Indonesia memiliki pusat penelitian perkelapasawitan baik milik negara maupun swasta yang cukup besar dan berada pada level internasional. Dengan riset inovasi yang dihasilkan oleh lembaga/pusat penelitian tersebut, mampu membawa Indonesia terus mengikuti pertumbuhan pasar global yang besar.
Kelima, kemampuan organisasi petani sawit Indonesia sudah makin maju. Hal ini disebabkan organisasi petani merupakan suatu kekuatan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi perkebunan sawit rakyat. Organisasi petani juga seharusnya didorong berbasis ekonomi seperti dalam bentuk koperasi petani sawit rakyat.
"Kelima faktor tersebut berhasil membawa sawit telah menjadi komoditas yang penting bagi perekonomian Indonesia dan perkembangan perkebunan sawit rakyat yang berkontribusi terhadap perekonomian daerah seperti menciptakan middle-income class dan pembangunan daerah yang lebih cepat," catat laman Palm Oil Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: