Para petani sawit peserta program peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara tetap bisa tersenyum. Meskipun tanaman kelapa sawitnya masih berstatus tanaman belum menghasilkan (TBM), namun para petani tersebut memiliki penghasilan dari komoditas lainnya.
"Kami menanam jagung sebagai tanaman sela di kebun sawit kami. Biar ada uang kami memelihara sawit hasil pemberian pemerintah ini," kata Ponirin, petani sawit di Kecamatan Hatonduan, Kabupaten Simalungun seperti dilansir Elaeis.co.
Baca Juga: Pengembangan EBT Berbasis Sawit, Kementerian ESDM: Butuh 4 Dukungan
Petani sawit yang juga merupakan anggota DPD Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Kabupaten Simalungun ini mengatakan, dalam waktu dekat, ia dan para petani sawit lainnya akan panen jagung untuk kedua kali. "Saya dapat sekitar Rp4 juta dari penjualan satu ton jagung. Syukur Alhamdulilah, walau lahan sawit saya yang ikut PSR cuma sehektar, tapi tetap bisa memberikan saya duit," kata Ponirin.
Petani peserta PSR lebih memilih jagung dari komoditas lain karena lebih efesien dan efektif, baik dari sisi pemeliharaan maupun masa tanam. "Pupuk untuk jagung bisa juga dipakai untuk pupuk sawit. Artinya, dua tanaman tapi pemupukannya serentak. Lebih efesien dan sangat menghemat pengeluaran kami," jelasnya. Dijelaskan Ponirin, masa tanam jagung juga cuma 3,5 bulan dan sudah bisa dipanen. Cukup didiamkan selama sebulan, lahan yang sama kemudian ditanami lagi dengan jagung sebagai tanaman sela.
Menurutnya, tanaman sawit sama sekali tidak terganggu oleh kehadiran jagung tersebut. Petani lain juga merasakan hal yang sama. "Kami ikut PSR pada termin kedua, ditanam tahun lalu. Sawit kami masih pendek, jadi masih bisa mendapatkan penghasilan dari tanam jagung untuk beberapa kali lagi," ungkap Ponirin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: