Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Merinding, News Anchor Afghanistan Dijaga Taliban Bersenjata saat Siaran Langsung

Merinding, News Anchor Afghanistan Dijaga Taliban Bersenjata saat Siaran Langsung Kredit Foto: Twitter/@KianSharifi
Warta Ekonomi, New Delhi -

Sementara juru bicara Taliban mengatakan dalam beberapa wawancara bahwa kali ini mereka telah mengambil alih Afghanistan dengan perspektif yang berbeda dan bahkan menjamin kebebasan pers di negara itu, tetapi sebuah video yang dibagikan oleh seorang reporter BBC menyatakan bertentangan dengan apa yang telah mereka janjikan.

Klip 42 detik, dibagikan di Twitter oleh reporter BBC Kian Sharifi dan jurnalis dan aktivis Iran Masih Alinejad, menunjukkan pembawa berita yang dikelilingi oleh banyak pejuang Taliban yang membawa senjata membacakan pesan mereka kepada orang-orang.

Baca Juga: Bentuk Pemerintahan, Taliban Mau Komposisinya dari Beragam Etnis dan Suku

“Dengan pejuang Taliban bersenjata berdiri di belakangnya, presenter program debat politik Peace Studio TV Afghanistan mengatakan Imarah Islam (nama pilihan Taliban) ingin publik untuk “bekerja sama dengannya dan tidak perlu takut,” cuit Sharifi.

Men-tweet program itu disebut Pardaz dan kemudian presenter mewawancarai seorang pejuang Taliban yang "mungkin mengungguli yang lain di studio."

Militan Taliban dilaporkan meminta pembawa acara untuk mewawancarai mereka dan terus berdiri di belakangnya di studio saat ia melakukan pertunjukannya.

Sementara pembawa acara tampak takut dan tidak nyaman, pembawa acara melanjutkan dengan memberi tahu bangsa itu untuk tidak takut pada Taliban.

Video insiden itu telah menjadi viral di media sosial dan telah menimbulkan pertanyaan serius tentang kebebasan pers di Afghanistan.

Taliban, yang penegakan hukum Syariah garis kerasnya di pemerintahan sebelumnya di Afghanistan dari tahun 1996-2001 sangat brutal terhadap perempuan dan minoritas. Tapi, kali ini mereka berusaha melunakkan citra mereka.

Mulai dari juru bicara Taliban yang memberikan wawancara televisi kepada seorang jurnalis wanita Behesta Arghand yang bekerja untuk TOLOnews untuk terus maju dan menyampaikan pesan mereka ke kantor berita, Taliban telah berusaha menampilkan citra mereka yang berbeda di depan dunia.

Mereka bahkan telah menjanjikan kebebasan pers “dalam kerangka budaya mereka” dan meminta pegawai pemerintah untuk kembali bekerja, dan berjanji untuk menegakkan hak-hak perempuan “dalam hukum Islam”. Namun, peristiwa baru-baru ini membuat banyak orang percaya bahwa janji-janji yang dibuat oleh Taliban kemungkinan besar palsu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: