Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembangunan Infrastruktur Maritim, Pengamat: Jangan Lupa Perhatikan Agromaritim

Pembangunan Infrastruktur Maritim, Pengamat: Jangan Lupa Perhatikan Agromaritim Kredit Foto: Istimewah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor, Yonvitner mengungkapkan pembangunan infrastruktur kemaritiman perlu memiliki landasan filosofis. Hal tersebut perlu dilakukan agar pembangunan dapat memiliki fungsi berkelanjutan.

“Salah satu yang perlu diperhatikan adalah konsep agromaritim yakni dengan mengintegrasikan di darat dengan di lautan,” ujarnya dalam Diseminasi Hasil Studi bertema Membangun Infrastruktur Maritim Nusantara yang diselenggarakan INDEF, Selasa (31/8/2021).

Baca Juga: Kegagalan Luhut Dibongkar Habis-habisan Tokoh Papua, Dikuliti Habis! Maritim Hancur, Garuda..

Berdasarkan hal tersebut, ia mencontohkan perilaku nelayan yang menangkap ikan di Laut Arafuru dan bersandar di Pelabuhan Ambon. Di pelabuhan tersebut, hasil tangkapan ikan dibongkar dan dipindahkan ke kapal yang dibawa ke Thailand dengan jumlah sebanyak 30 kapal dengan berat kapasitas rata-rata sebanyak 70 GT.

Kapal-kapal tersebut menurunkan sejumlah komoditas seperti beras, minyak goreng dan bahan sembako lainnya yang dibutuhkan orang Ambon. Hal tersebut membuat kapal-kapal besar tersebut membawa muatan balik tidak dalam kondisi kosongan.

“Pendekatan agromaritim menurut kami penting ketika tidak ada yang ditransportasikan dari laut, maka dari darat harus ada. Maka harus ada koneksi bahwa pulau tersebut sumber produksi yang harus kita transportasikan,” katanya.

Berdasarkan pengamatan Yonvitner, selama ini pembangunan kemaritiman Indonesia masih cenderung berorientasi pada pertumbuhan berdasarkan permintaan (growth by demand) dengan anggapan masyarakat dalam tercukupi makanan dan pakaian yang didapat berasal dari Singapura dan Thailand. Padahal, orientasi pada pertumbuhan berdasarkan sumber daya (growth by resource) diperlukan dengan mendorong kemandirian untuk menutupi gap dengan mempercepat penyediaan sumber daya untuk mensuplai kebutuhan sendiri, hingga mendorong ekspor untuk memacu pertumbuhan secara positif.

“Seperti yang dilakukan China, dia eksplore yang dihasilkan di China, lalu ekspor keluar karena sudah berlebih di negara tersebut sehingga harus diekspor. Kalau diekspor kapal-kapalnya punya barang-barang yang dia bawa, ketika dia kembali kapalnya berisi seperti batubara artinya efisiensi,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: