Pakta pertahanan baru AUKUS 3 negara yaitu Australia, Inggris dan Amerika Serikat memicu kritik dan protes. Pakta pertahanan ini dicap bak NATO cabang yang memang belum bergerak namun kapan saja bisa ditekan tombol aktifnya.
Diketahui AS sebagai salah satu kekuatan dunia menjadi negara yang cukup getol membangun kerja sama keamanan, aliansi militer hingga pakta pertahanan. Tujuannya demi melanggengkan pengaruh di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: AUKUS Getarkan Kawasan, Hati-hati! Pembunuh Senyap China Mengintai di LCS
Lalu biasanya, negara-negara lain akan bergabung dengan aliansi militer hingga pakta pertahanan. Ada dua alasan mengapa negara melakukannya sebagaimana dimuat dalam jurnal “The Changing Nature of Military Alliance” (halaman 135-136) tulisan Bruno Tertrais peneliti the Centre d’Etudes et de Recherche Internationales yang diterbitkan The Washington Quarterly pada 2004.
Alasan pertama, negara-negara tersebut memiliki kesamaan ide dan shared values di antara mereka. Alasan kedua adalah sebuah perhitungan untung rugi karena negara harus realistis mengamankan dirinya dan mempertahankan kepentingannya.
Sementara AS yang kerap menjadi kreator aliansi pun berubah prioritas dan strateginya dari waktu ke waktu. Contohnya di Asia. Meski sejak lama AS sudah menaruh armada di sejumlah wilayah sekutunya di Asia Pasifik namun akhirnya negara itu kini ingin menancapkan posisi lebih tegas. Agresivitas China di Laut China Selatan menjadi salah satu pemicu. Dan lalu lahirlah AUKUS.
China menjadi negara pertama dan tercepat menyambar deklarasi AUKUS pada tengah September 2021 lalu. Tiongkok meradang karena memang AUKUS dipasang major powers untuk menahan pengaruh kekuatan China di Asia Pasifik. Masing-masing dubes China, di Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AS) mempertanyakan kerja sama pertahanan dan keamanan terbaru oleh 3 negara.
Kemudian juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Zhao Lijian dalam konferensi pers reguler menyatakan bahwa AUKUS akan memicu perlombaan senjata dan mengusik kestabilan keamanan di kawasan.
"Pembangunan kapal selam teknologi nuklir Australia yang amat sensitif itu dibantu AS dan Inggris lagi-lagi membuktikan mereka menggunakan nuklir sebagai alat permainan geopolitik dan bukti bahwa mereka ini standar ganda dan sangat tidak bertanggung jawab," kata Zhao sebagaimana dilansir ABC belum lama ini.
Sementara negara-negara lain juga bereaksi terhadap AUKUS. Alasan protes mereka tentu berbeda-beda. Ada yang sudah merasa dirugikan. Ada pula negara yang sadar cepat atau lambat AUKUS akan mengusik kestabilan di wilayahnya.
1. Indonesia
Indonesia menjadi negara ASEAN yang cukup vokal mengkritik keberadaan AUKUS. Menlu Retno Marsudi menyampaikan bahwa aliansi ini akan bisa memicu ketegangan di wilayah Asia Pasifik termasuk Laut China Selatan.
Indonesia sendiri memiliki wilayah Natuna yang berdekatan dengan Laut China Selatan yang menjadi zona panas persaingan antara China dan AS selama ini. Belum lagi selama ini sejumlah negara anggota ASEAN juga berkonflik dengan China atas sengketa wilayah maritim di perairan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto