Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh... Pandemi Berpengaruh pada Perubahan Gaya Hidup, Apakah Berbahaya?

Duh... Pandemi Berpengaruh pada Perubahan Gaya Hidup, Apakah Berbahaya? Kredit Foto: Republika
Warta Ekonomi -

Perubahan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 dialami oleh banyak orang. Ada yang bisa beradaptasi dengan cepat, ada pula yang tidak. Menurut psikolog Kasandra Putranto, perubahan gaya hidup semenjak pandemi berdampak kepada asupan makanan, jam tidur dan aktivitas fisik.

Tidak adanya batasan antara jam kerja dengan waktu personal membuat banyak orang semakin sulit untuk memiliki gaya hidup yang sehat seperti pada kondisi sebelum pandemi. Aktivitas fisik pun menjadi terbatas karena seluruh kegiatan dilakukan di dalam rumah. 

Baca Juga: Sungguh Ironi yang Menyedihkan, 1 Psikiater di Inggris Harus Menangani 12.567 Pasien Akibat Pandemi

“Akibatnya pada kondisi psikis adalah berkurangnya kontak sosial yang mengakibatkan munculnya perasaan terisolasi, ketakutan akan menyebarnya virus sehingga berdampak pada kesejahteraan, serta meningkatkan resiko gejala psikologis seperti stres, cemas, dan depresi,” tulis Kasandra kepada Republika, baru-baru ini.

Tak sedikit dari kita mengalami gejala psikologis itu. Merasa terjebak hingga stres, lalu cemas, dan mungkin depresi menjadi hal yang mungkin saja bisa dialami oleh siapa saja. Menurut Kasandra, penyebab stress, cepat marah, dan gampang lelah saat pandemi disebabkan karena munculnya perasaan takut, khawatir, dan memikirkan kondisi diri dan orang-orang yang disayangi semasa pandemi.

Baca Juga: Catat! Ini Ancaman Risiko Kesehatan yang Mengerikan Hanya karena Sering Minum Sambil Berdiri

“Maraknya berita seputar Covid-19 juga berpengaruh terhadap kondisi psikis karena dapat menimbulkan rasa cemas dan distress terhadap situasi pandemi,” jelas dia.

Kasandra pun menjelaskan beberapa hal yang harus diperbuat jika mengalami hal-hal yang membuat stress dan membuat kita stuck. Pertama, penting bagi kita untuk mulai merawat diri sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan cara seperti memberikan waktu istirahat sejenak, makan makanan sehat, tidur yang cukup, atau melakukan olahraga

“Sebaiknya kita juga membatasi akses terhadap sosial media/media/informasi yang dapat menimbulkan stres. Kita juga bisa melakukan aktivitas lain yang menyenangkan untuk mengalihkan stres yang dirasakan,” kata Kasandra. 

Baca Juga: Apakah Boleh Penderita Diabetes Melakukan Karate? Ternyata Olahraga Bela Diri…

Dalam kondisi stres, kita bisa mencari teman untuk berbagi rasa dan bercerita. Kita bisa menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi. Kasandra menekankan, jika kita merasa stres terus berlanjut, segera mencari bantuan profesional: psikolog/psikiater

Variasi di keseharian kita, seperti staycation di hotel sejenak, mencicipi makanan di kafe yang tentunya memiliki ruang terbuka, atau olahraga di taman setelah sekian lama berolahraga di rumah saja, disebut Kasandra merupakan bentuk dari manajemen stress relief. 

Hal-hal tersebut dapat memiliki banyak manfaat. Pertama, hal itu akan meningkatkan endorfin yang berfungsi menghasilkan perasaan senang dalam diri. 

Selain itu, variasi kegiatan dalam keseharian juga memiliki peran sebagai meditasi yang membuat tubuh lupa akan kegiatan-kegiatan yang membuat stres sebelumnya dan berfokus hanya pada pergerakan tubuh. Variasi kegiatan itu juga bisa meningkatkan mood, meningkatkan kepercayaan diri, membantu menjadi lebih relaks, menurunkan simtom depresi dan kecemasan, serta menghasilkan pola tidur yang sehat.

Baca Juga: Nggak Nyangka! Dampaknya Bikin Ngeri, Jangan Konsumsi Obat Bersamaan dengan Minuman Ini

Kasandra mengatakan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kondisi mental setelah melakukan stress relief. “Pertama, menetapkan tujuan SMART, yang berarti Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Time-limited goals. Setelah itu, jadikan kegiatan dengan tujuan SMART menjadi rutinitas yang membantu mengurangi stress,” tutur Kasandra. 

Dia juga menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya tiga kali dalam satu pekan.  Aktivitas fisik dapat berupa berjalan kaki, mengikuti yoga class, bersepeda, atau stretching ringan.

“Kita bisa mencari teman yang dapat membantu dalam melakukan kegiatan-kegiatan rekreasi lainnya. Lalu, penting bagi kita untuk mengubah rutinitas. Cari rutinitas yang dapat membuat tubuh lebih relaks dan santai seperti yoga,” jelas dia. 

Baca Juga: Apakah Penderita Diabetes Bisa Menikah dan Memiliki Anak?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: