Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Israel Cuekin Komunitas di Nigeria yang Ngaku Keturunan Bangsa Yahudi

Israel Cuekin Komunitas di Nigeria yang Ngaku Keturunan Bangsa Yahudi Kredit Foto: Getty Images/AFPMenahem kahana

'Tak ada bukti'

Kendati begitu, Chidi Ugwu, anggota suku Igbo yang juga antropolog di Universitas Nigeria di Enugu, berkaata bahwa identifikasi sebagai Yahudi ini baru muncul setelah perang saudara Biafran.

Suku Igbo telah lama berjuang memisahkan diri dari Nigeria, namun akhirnya kalah dalam konflik brutal yang terjadi pada 1967 hingga 1970.

Baca Juga: Haru! Bocah Muslim Tanpa Orang Tua Diselamatkan dari Taliban, Sosoknya Seorang Rabi Yahudi

Beberapa orang "mencari dorongan psikologis untuk bertahan" jadi mulai menciptakan adanya hubungan kekerabatan dengan Yahudi, katanya.

Mereka melihat diri mereka sebagai orang-orang yang teraniaya, sama seperti yang dialami orang-orang Yahudi dalam sejarah umat manusia, terutama selama Holokos.

"Suatu penghinaan untuk menyebut suku Igbo sebagai suku yang hilang, tidak ada bukti sejarah atau arkeologi yang mendukungnya," katanya kepada BBC.

Ia berpendapat bahwa sebagai bukti menunjukkan Igbo adalah di antara mereka yang bermigrasi keluar dari Mesir beberapa ribu tahun yang lalu, mungkin orang Yahudi mengambil kebiasaan Igbo ketika mereka pergi ke sana.

Beberapa tahun yang lalu upaya kontroversial dilakukan untuk membuktikan garis keturunan genetik, tetapi tes DNA menunjukkan tidak ada koneksi antara Yahudi dengan suku Igbo.

Rabi Eliezer Simcha Weisz, ketua departemen urusan luar negeri Dewan Rabinat Israel - badan yang menentukan klaim keturunan Yahudi, juga berkukuh mereka tak ada keturunan Yahudi.

"Mereka mengeklaim sebagai keturunan Gad - salah satu putra dari moyang kami Yakub - tapi mereka tak bisa membuktikan bahwa kakek mereka adalah Yahudi," ujarnya kepada BBC.

"Dan kebiasaan yang mereka bicarakan, Anda dapat menemukannya pada orang-orang di seluruh dunia yang mempraktikan ajaran Yahudi."

Dia mengatakan mereka tak akan diakui sebagai Yahudi, kecuali jika mereka berpindah ke Yudaisme - sebuah proses yang memerlukan berbagai ritual dan mengharuskan mereka muncul di pengadilan Yahudi (yang tidak ada di Nigeria).

Yaakov menganggap gagasan harus melalui konversi sebagai penghinaan.

"Sebagai mualaf kami akan dilihat sebagai warga negara kelas dua," katanya.

Ada 12.000 penganut Yahudi

Jemaat di Gihon menganggap serius keyakinan mereka.

Diperkirakan ada 12.000 penganut Yahudi di Nigeria, yang didukung oleh beberapa komunitas Yahudi Ortodoks lainnya di seluruh dunia. Mereka memberikan donasi dan melakukan kunjungan solidaritas, serta mengkampanyekan agar komunitas Yahudi di Nigeria diakui.

Salah satu pendukung terkemuka komunitas Yahudi di Nigeria adalah Dani Limor, mantan agen Mossad yang pernah menjalankan operasi membawa orang-orang Yahudi Ethiopia ke Israel melalui Sudan secara diam-diam.

Ia mengunjungi komunitas Yahudi di Nigeria sejak 1980-an dan berpendapat bahwa praktik Yahudi di negara Afrika Barat itu sudah ada sebelum perang saudara.

Ia meyakini teori yang mengatakan bahwa mereka datang dari Maroko 500 tahun lalu lalu. Mulanya mereka menetap di Timbuktu, sebelum melakukan perjalanan lebih jauh ke selatan.

Ia berharap mereka pada akhirnya akan mendapatkan pengakuan yang layak mereka dapatkan.

"Yudaisme melampaui warna kulit, itu ada di hati," katanya kepada BBC.

Sinagog Gihon, dikatakan sebagai yang tertua di Nigeria, didirikan pada 1980-an oleh Ovadai Avichai dan dua orang lainnya yang dibesarkan sebagai penganut agama Kristen.

Mereka memutuskan beralih ke Yudaisme ketika mereka menyadari Perjanjian Lama Alkitab adalah dasar dari agama Yahudi.

Avichai mengatakan identitas Yahudi yang ada dalam dirinya telah dihidupkan kembali dan mengingat kesamaan antara kebiasaan Yahudi dan tradisi Igbo, dia yakin bahwa Yudaisme adalah jalan yang benar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: