Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sambut Transisi Energi, Ini 3 Tantangan Terbesar yang Dihadapi Perusahaan Pertambangan Batubara

Sambut Transisi Energi, Ini 3 Tantangan Terbesar yang Dihadapi Perusahaan Pertambangan Batubara Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Hendra Sinadia mengungkapkan waktu operasional perusahaan pertambangan batubara semakin berkurang. Hal tersebut berdampak pada semakin semakin berkurangnya cadangan batubara yang diiringi dengan semakin naiknya harga operasional produksi.

“Kalau cadangan batubara berdasarkan Kementerian ESDM itu sekitar 60-70 tahun. Namun dengan kondisi dekarbonisasi tentu umur batubara akan semakin pendek,” ujarnya dalam webinar Dialog on The Role: of Coal in Responding the Challenge of Energy Transition of Indonesia, Jumat (29/10/2021).

Baca Juga: Target Nol Emisi Perlu Selaras dengan Menurunnya Penggunaan Batubara

Saat ini perusahaan pertambangan batubara memiliki durasi waktu operasional selama 10-30 tahun. Hampir keseluruhannya tidak akan bertahan hingga 2060 dengan target produksi yang akan terus mengalami penurunan.

Karena itu, kata Hendra, tantangan yang dapat dilakukan bukan dengan menghentikan batubara dengan waktu yang cepat. Dalam kerangka terjadinya perubahan iklim, yang harus dilakukan perusahaan pertambangan batubara perlu memberikan kontribusi terhadap pengurangan jejak emisi karbon dari hasil produksi yang sudah dilakukan. Namun, dalam implementasinya memunculkan sejumlah tantangan.

Pertama, perlunya melakukan percepatan reklamasi karena defostasi menjadi penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca. Salah satu kegiatan pertambangan adalah dengan melakukan reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang.

“Menurut pemerintah ini terjadi percepatan reklamasi, jadi kita berkontribusi dengan mengurangi emisi karbon dengan melakukan reklamasi,” katanya.

Kedua, perlunya melakukan transisi energi yang lebih bersih. Salah satunya dengan mengubah batubara menjadi DME, methanol, SNG, Urea, amonia. Namun, tantangannya terletak pada keekonomian.

Dengan alasan tersebut, sepanjang pemerintah memberikan insentif fiskal dan nonfiskal agar mendorong terciptanya energi lebih bersih. Apabila hal tersebut dapat terpenuhi, akan mendorong perusahaan untuk berinvestasi.

Adapun yang ketiga, lanjut Hendra,  penggunaan energi terbarukan saat ini sudah mengalami peningkatan di banyak perusahaan pertambangan batubara. Hal dilakukan yakni dengan menggunakan energi baru terbarukan di beberapa kegiatan pertambangannya.

“Bahkan beberaa perusahaan sudah membentuk subsidi untuk mengeksplore investasi EBT,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: