Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawatnya Salah Urus Negara Bikin Korea Utara Alami Ekonomi Kronis, Jutaan Warga Diyakini Tewas

Gawatnya Salah Urus Negara Bikin Korea Utara Alami Ekonomi Kronis, Jutaan Warga Diyakini Tewas Pemimpin besar Korea Utara Kim Jong-un. | Kredit Foto: Rodong Sinmun
Warta Ekonomi, Berlin -

Meskipun panen terakhir dikumpulkan sesaat sebelum salju pertama turun di Korea Utara tahun ini, hasilnya jauh lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan untuk memberi makan 26 juta orang di negara yang terisolasi itu.

Juni ini, melansir DW, Kamis (11/11/2021), sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Institut Pengembangan Korea yang berbasis di Korea Selatan memperkirakan bahwa Korea Utara mengumpulkan lebih dari 4,4 juta ton hasil panen tahun lalu, turun lebih dari 240.000 ton dibandingkan dengan panen tahun sebelumnya.

Baca Juga: Pilihan Sulit Kim Jong Un dan Penduduk Korea Utara karena Ancaman Kelaparan

Lembaga think tank tersebut melaporkan bahwa Korea Utara membutuhkan panen 5,7 juta ton per tahun untuk memberi makan rakyatnya.

Badan-badan bantuan dan para ahli memperingatkan bahwa sudah ada kelaparan yang meluas di seluruh Utara, dan beberapa memperingatkan bahwa negara itu berada di ambang terulangnya kelaparan yang meluas yang dialami di sana pada pertengahan 1990-an.

Kelaparan empat tahun itu secara halus dikenal sebagai "Pawai yang Sulit".

Sebanyak 3 juta warga Korea Utara diyakini telah tewas akibat salah urus ekonomi kronis, runtuhnya sistem distribusi makanan, dan negara-negara lain menghentikan pasokan bantuan.

Seperempat abad kemudian, situasinya sekali lagi suram —meskipun untuk alasan yang berbeda.

59776432_403.jpg

Penutupan perbatasan COVID digabungkan dengan panen yang lemah

Pemimpin Kim Jong Un memerintahkan agar perbatasan Korea Utara disegel sepenuhnya pada Februari 2020 dalam upaya mencegah virus corona memasuki negara itu.

Pyongyang terus bersikeras bahwa tidak ada kasus virus di dalam perbatasannya, yang tetap disegel.

Selama hampir dua tahun, tidak ada impor bahan pangan, obat-obatan atau kebutuhan sehari-hari lainnya yang sangat dibutuhkan, termasuk pupuk yang dibutuhkan untuk ladang petani.

Sebelum stafnya diperintahkan untuk meninggalkan Utara pada musim panas 2020, Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan 10,3 juta penduduk, atau lebih dari 40% populasi, sudah mengalami kekurangan gizi.

Para ahli lain telah mencapai kesimpulan yang sama mengkhawatirkannya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: