Felita, milenial Jakarta yang bekerja di bidang kreatif, mengakui lebih sering menggunakan GrabFood walaupun juga telah mengunduh aplikasi pesan-antar makanan lainnya.
“Aku nyaman pakai Grab Food. Pilihannya banyak dan rasanya nggak pernah di-cancel karena nggak dapet driver,” ujarnya yang mengaku anak kos ini.
Riset ini merupakan yang pertama mengukur pemanfaatan aplikasi e-delivery makanan oleh konsumen dan merchant.
Menurut Astrid, riset serupa biasanya hanya fokus pada konsumen sementara riset ini menggunakan pendekatan yang lebih mendalam dan holistik, mencakup konsumen dan merchant. Pendekatan itu bertujuan untuk mengetahui aspek kompetitif dari masing-masing pelaku industri.
“Yang kami temukan dalam riset ini, antara konsumen dan merchant seperti dua sisi koin yang sama, keduanya mempunyai kecenderungan yang serupa. Sebagai contoh, kami menemukan konsumen menggunakan GrabFood lebih sering dan membelanjakan uang lebih banyak saat menggunakan GrabFood, seperti juga merchant menggunakan dan mendapatkan penjualan lebih banyak saat menggunakan GrabFood,” kata Astrid.
Riset ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 di Jabotabek dan kota-kota Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar. Sebanyak 42% merchant dalam riset ini mengatakan mereka telah memanfaatkan aplikasi pesan-antar makanan setidaknya dalam 12 bulan terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: