Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Super Digital Super Research

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Semua perusahaan dan bisnis di Indonesia sedang mengalami demam komunikasi publik secara digital. Namun, sebagian besar lupa tentang dasar-dasar ilmu komunikasi yang perlu diterapkan kepada publik, yakni melakukan penelitian data atau riset data.

Digital memang memiliki kelebihan, yakni sangat cepat dalam waktu sosialisasi atau publikasi. Namun, dampak digitalisasi telah menjadikan cara berkomunikasi perusahaan atau brand menjadi tidak sederhana, harus dipersiapkan secara matang, jauh-jauh hari, mutlak untuk akurat, detail, dan sangat terperinci tahapan demi tahapan. Selain itu, harus ada proses riset yang tidak mudah.

Digital juga membuka pintu yang sangat lebar bagi publik untuk memberikan pujian serta kecaman dengan probabilitas yang sama besar, seimbang. Oleh karena itu, diperlukan mental yang sama untuk menyambut kesuksesan dan juga kegagalan akibat komunikasi secara digital.

Berikut ilustrasi sederhananya. Semua perusahaan dan korporasi tentu ingin videonya di YouTube mendapat respons yang banyak dari publik. Bahkan, ada perusahaan yang sampai memproduksi videonya di luar negeri hingga menghabiskan biaya ratusan juta rupiah.

Namun, setelah diunggah ke YouTube ternyata video tersebut hanya ditonton 100 kali dan kalah populer dibandingkan video parodi Jokowi dan Basuki yang diproduksi oleh sekelompok anak muda dengan biaya produksi rendah, menggunakan lirik bahasa Indonesia yang terinspirasi lagu populer milik kelompok One Direction. Video yang diunggah ke YouTube tahun 2012 saat Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gu-bernur DKI Jakarta tersebut ditonton sebanyak 2,3 juta kali.

Kelompok anak muda itu pada pertengahan 2014 berusaha untuk mengulang keberhasilan komunikasi digitalnya. Saat kampanye pemilihan presiden RI mereka memproduksi video dengan judul Fun Campaign dan diunggah ke YouTube. Hasilnya, walau masih dalam ukuran sukses, hanya ditonton 1,5 juta kali alias mengalami penurunan.

Kesuksesan berkomunikasi kepada publik secara digital berbeda dengan cara-cara komunikasi konvensional karena sifatnya yang lebih dinamis, tetapi terbatas jangkauannya. Dalam periode waktu yang mengalami "jeda", belum tentu sebuah aktivitas komunikasi digital yang diulang pola dan strateginya akan menghasilkan kesuksesan yang sama.

Berkomunikasi kepada publik secara digital dengan waktu yang berbeda dan topik yang berbeda perlu menggunakan kreativitas yang berbeda. Salah satu kata kunci kesuksesan komunikasi digital adalah riset dan kreativitas. Research, content, and creativity is the king.

Berkomunikasi secara Digital, Siap Dipuji Siap Dicaci Maki

Cobalah luangkan waktu untuk riset video di YouTube dengan judul iPhone 6 Official Video iOS 8 yang telah disaksikan 4.796.867 kali dan iPhone 6 Trailer yang telah disaksikan 5.538.978 kali. Kemudian Apple CEO Tim Cook Walks the iPhone 6 Line in Palo Alto maka Anda pasti merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan. Betapa Apple sukses mengomunikasikan dan mempromosikan produk terbaru mereka.

Semua orang di belahan bumi ini secara terus-menerus membicarakan kesuksesan iPhone 6 dan viral itu menyebabkan jutaan orang rela antre dalam barisan pembeli sehingga penjualan iPhone 6 meningkat dan Apple mengalami kesuksesan.

Namun, lihatlah kemudian apa yang menimpa Apple sebagai produsen iPhone 6 tak lama setelah beberapa konsumennya menemukan alat komunikasi itu bengkok ketika disimpan di dalam saku depan celana jins ketat dan juga video demonstrasi menghancurkan pesawat komunikasi yang dikabarkan dibanderol belasan juta rupiah. Para pembeli yang kecewa terhadap iPhone 6 yang bengkok tersebut kemudian mengunggah video di YouTube berjudul iPhone 6 Plus Bend Test yang telah ditonton sebanyak 53.300.625 kali atau jauh lebih tinggi daripada video promosinya.

Video tersebut merupakan pesan dan keluhan konsumen yang disampaikan secara digital kepada perusahaan besar sekelas Apple. Walaupun demikian, ada pro dan kontra tentang video ini. Ada yang menganggap pihak yang memproduksi video tersebut ingin mencari sensasi agar dikenal di YouTube atau sengaja mencari-cari kelemahan iPhone 6.

Bahkan, ada juga yang berkomentar, "tentu saja semua smartphone dan pesawat komunikasi akan bengkok dan rusak kalau tesnya dilakukan dengan alat besi berat yang menekan pesawat tersebut. Bukan hanya iPhone 6."

Berita itu pun menyebar lebih cepat ke seluruh belahan dunia. Yang sudah telanjur membeli iPhone 6 ada yang merasa kecewa, sementara yang baru berniat dan belum membeli pun mengurungkan niatnya untuk membeli. Namun, ada pula yang tetap percaya bahwa iPhone 6 produk bagus dan video di YouTube itu hanya dibuat pihak yang tidak senang dengan kesuksesan Apple.

Atas dasar hal tersebut, maka apakah yang harus kita lakukan agar dampak positif dan negatif komunikasi digital dapat diantisipasi?  Baca artikel Super Digital Super Research selengkapnya di Majalah Warta Ekonomi Edisi 22 yang akan terbit minggu ini.

Penulis: Charles Bonar Sirait, pengamat komunikasi publik, konseptor  Indonesia Super Digital Communications, penulis buku best seller The Power of Public Speaking. Colek saya di Twitter www.charlesbonarsirait.com 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: