Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Panjang Urusan Gegara Mahfud MD Berkoar Lagi Soal FPI, Refly Harun: Bukan Cara yang...

Jadi Panjang Urusan Gegara Mahfud MD Berkoar Lagi Soal FPI, Refly Harun: Bukan Cara yang... Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli Hukum tata Negara Refly Harun memberi tanggapan terkait Menko Polhukm Mahfud MD yang berbicara mengenai kenyamanan masyarakat sejak FPI dibubarkan.

Menurut Refly, hal tersebut tidak menunjukkan demokrasi.

Bahkan, dirinya menilai pembubaran FPI tanpa proses hukum cenderung menggunakan tangan besi pemerintah.

"Ini bukan cara-cara yang demokratis. Kalau atas dasar suka dan tidak suka, orang lain juga ingin partai politik dibubarkan oleh sebagian masyarakat," ujar Refly kepada GenPI.co, Rabu (29/12/2021).

Refly lantas memberikan beberapa contoh, yakni orang yang menyuarakan pembubaran PDIP, Golkar, PKS dan beberapa partai lainnya.

Baca Juga: Tak Terima Habib Bahar Diadukan ke Polisi, Novel Bamukmin Sebut Husin Shihab Hanya Buat...

"Jadi, pemerintah tidak lantas menggunakan tangan besi lantaran ada suara dari masyarakat lalu melakukan pembubaran," katanya.

Tidak hanya itu, dirinya juga menyebutkan pembubaran FPI merupakan salah satu catatan buruk bagi demokrasi.

"Catatan demokrasi paling suram menurut saya adalah pembubaran FPI yang hanya didasarkan pada subjektifitas kekuasaan. Pembubaran HTI juga begitu," jelasnya.

Refly Harun juga menerangkan harus ada bukti dan proses hukum untuk membubarkan ormas tertentu agar bisa diketahui di mana kesalahannya.

"Dengan dasar kesalahan yang dibuktikan di pengadilan itulah harusnya mereka bisa dibubarkan. Itu bukan pembubaran namanya, tapi pembungkaman," tegas dia.

Dirinya turut menuturkan, ada kemungkinan ormas ini dibubarkan lagi jika pemerintah tidak suka.

Baca Juga: Omongan Mahfud MD Soal FPI Bisa Jadi Panjang Urusan, Pengamat Beberkan Hal Ini

"Bisa jadi dibubarkan lagi dengan alasan yang dibuat-buat seperti terlibat terorisme. Kita tidak bisa membangun negara atas dasar suka dan tidak suka," tandansya.(*)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: