Karena Alasan Ini, Indonesia Dorong Isu Transisi Energi Jadi Fokus Presidensi G20
Kebijakan dan peraturan utama terkait transisi energi dan penanganan perubahan iklim diperbarui dan ditingkatkan, seperti target pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditentukan secara nasional (NDC), Strategi Jangka Panjang Indonesia untuk Ketahanan Karbon dan Iklim (LTS-LCCR), dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Selanjutnya, IESR juga menyebutkan bahwa partisipasi sektor swasta Indonesia dalam aksi penanganan perubahan iklim telah meningkat dengan sekitar enam perusahaan lokal Indonesia memiliki target emisi nol bersih.
Empat dari enam perusahaan yang menetapkan target tersebut merupakan perusahaan bahan bakar fosil, dan dua di antaranya adalah perusahaan pertambangan batu bara. Tren positif di Indonesia itu, menurut IESR, melambangkan era baru di mana perusahaan bahan bakar fosil mulai beralih dari bahan bakar fosil dan mendiversifikasi bisnis mereka ke teknologi bersih.
Secara keseluruhan, IESR menilai bahwa kesiapan sektor ketenagalistrikan Indonesia untuk beralih dari bahan bakar fosil dan menuju energi terbarukan semakin meningkat, meskipun beberapa aspek masih memerlukan perbaikan besar.
Lembaga think-tank itu juga menilai bahwa tahun 2022 menjanjikan prospek yang lebih baik untuk transisi energi di Indonesia, dengan pemerintah menetapkan komitmen baru yang lebih kuat untuk aksi iklim dan transisi energi pada 2021.
Dengan semua kemajuan upaya transisi energi di dalam negeri serta upaya menyuarakan aspirasi dari negara-negara berkembang, presidensi G20 Indonesia kali ini diharapkan dapat membantu dalam mendorong akselerasi upaya global untuk transisi energi menuju energi hijau dan berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto