Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tempe Tahu Tidak Produksi, Efeknya Dapat Mengurangi Daya Tarik Pasar Tradisional

Tempe Tahu Tidak Produksi, Efeknya Dapat Mengurangi Daya Tarik Pasar Tradisional Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rencana produsen tahu dan tempe untuk mogok produksi pada pekan ke empat Februari dapat membuat kunjungan konsumen di pasar tradisional ikut berdampak.

Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas), Ngadiran mengatakan, jika pedagang tahu dan tempe tidak ada di pasar tradisional dirasa pasar akan jadi kurang lengkap.

Baca Juga: Ini Penyebab Produsen Tahu Tempe Bakal Mogok Produksi

"Di pasar-pasar itu pedagangnya beraneka ragam, salah satunya pedagang tahu dan tempe. Kalau di pasar tradisional tidak ada yang jual tahu dan tempe itu kurang afdol," ujar Ngadiran saat dikonfirmasi WartaEkonomi, Jumat (18/2/2022).

Ngadiran mengatakan, dengan begitu tempe dan tahu sebagai sumber protein hewani itu memang menjadi produk wajib yang harus ada di pasar tradisional.

"Bahasa kita tahu tempe itu magnetnya pasar, sama seperti minyak goreng. Karena itu penting dan menyedot pembeli," ujarnya. 

Maka dari itu, pemerintah harus segera mencarikan solusi atas melonjaknya harga kedelai yang membuat produsen tahu dan tempe berniat untuk tidak produksi.

"Protein nabati yang dianggap baik dan wajib ada maka ini menjadi bagian yang penting ditangani, diatasi, dicarikan solusi oleh pejabat yang kompeten," jelasnya.

Dihubungi secara terpisah, Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia DKI Jakarta Sutaryo mengatakan produsen tahu dan tempe se Jabodetabek akan melakukan demo dengan tidak memproduksi bahan makan sumber protein nabati.

"Intinya mogok 21, 22, dan 23 Februari itu tukang tempe dan tahu sudah engga tahan karena fluktuasi harga kedelai hampir setiap hari naik," ujar Sutaryo.

Sutaryo mengatakan terhitung sejak Januari 2021 harga kedelai masih berada dalam kisaran Rp9 ribu sementara saat ini sudah menyentuh angka Rp11,300.

"Januari 2021 Rp9 ribu terus gerak dan dipertengahan 2021 Rp10 ribu dan sekarang Rp11,300," ujarnya. 

Akibat fluktuasi harga tersebut menyebabkan produsen tahu dan tempe mengalami kesulitan dalam menentukan harga jual ke masyarakat.

Pasalnya, kenaikan yang terjadi setiap hari membuat bingung produsen dalam menentukan harga jual yang pasti.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: